Liputan6.com, Jakarta - Opersi Tinombala di Poso, Sulawesi Tengah menembak mati dua terduga teroris. Keduanya diduga pentolan kelompok Mujahiddin Indonesia Timur (MIT) Santoso dan Basir.
Kapolda Sulawesi Tengah Brigadir Jenderal Rudy Sufahriadi mengatakan, sebelum menembak mati pimpinan MIT, satgas gabungan TNI dan Polri itu baku tembak dengan lima anggota kelompok Santoso. Namun, tiga lainnya berhasil kabur.
"Kan cuaca mendukung waktu itu, mereka berada di pinggir kali, ketika ditembak dua, yang tiganya belum bisa ditangkap. Tapi melarikan diri," kata Rudy di Istana Negara, Jakarta, Selasa (19/7/2016).
Menurut Rudy, tiga orang yang kabur tersebut kini dalam pengejaran tim Alfa Satgas Tinombala. "Saya juga memberikan bantuan dari tim-tim yang lain untuk mengejar itu."
Rudy menjelaskan, dalam Daftar Pencarian Orang (DPO) jaringan Santoso ada 21 orang, yang terbagi menjadi dua kelompok. Kelompok pertama terdiri lima orang, sisanya 16 orang.
"Dua orang perempuan itu diduga istrinya Santoso dan istrinya Basri. Jadi begini, dalam DPO yang 21 itu saya sudah sampaikan beberapa kali rilis, terpecah menjadi dua," jelas Rudy.
"Ada kelompok satu 16 orang dipimpin Ali Kalora, ada kelompok lima orang dipimpin oleh Santoso dan Basri. Ali Kalora memimpin bersama istrinya, sisanya 15 laki-laki. Yang lima orang ini ada istrinya Santoso bersama Santoso, istrinya Basri sama Basri dan satu laki-laki lain," sambung Rudy.
Satgas Tinombala belakangan ini gencar memburu anggota kelompok bersenjata Mujahiddin Indonesia Timur (MIT) pimpinan Santoso. Polri bersama TNI memprediksi jumlah mereka masih 18 hingga 20 orang.
Karena itu, Satgas Operasi Tinombala tengah mempersempit ruang gerak kelompok MIT. Begitu pula dengan sarana dan prasarana yang digunakan kelompok teroris Santoso.
Advertisement