Ibu Hamil Wajib Berkelambu di Papua Barat

Kelambu yang wajib digunakan haruslah anti-nyamuk.

oleh Liputan6 diperbarui 20 Jul 2016, 16:04 WIB
Kelambu di sebuah tempat tidur di Istana Baso Pagaruyung

Liputan6.com, Manokwari - Pemerintah Provinsi Papua Barat menerapkan program wajib kelambu kepada warga untuk menekan kasus malaria di daerah tersebut. Pemakaian kelambu saat tidur wajib, terutama bagi ibu hamil, bayi dan balita.

Kepala Dinas Kesehatan Papua Barat, Otto Parorongan, mengatakan bantuan kelambu diberikan pemerintah secara rutin sejak beberapa tahun lalu.

"Pemberian kelambu secara massal kami pada tahun 2014 lalu. Kelambu ini berinsektisida yang aman bagi manusia ini disalurkan secara gratis," kata Otto di Manokwari, Selasa, 19 Juli 2016.

Dia menyebutkan, kelambu antinyamuk tersebut bisa bertahan selama tiga tahun. Tahun ini pihaknya akan kembali menyerahkan kelambu kepada masyarakat yang belum memperoleh sebelumnya. Ia berharap warga menggunakan kelambu secara baik.

"Program eliminasi malaria merupakan tugas kita semua. Untuk itu seluruh elemen, termasuk masyarakat, harus turut andil. Tidak susah, cukup memasang kelambu sebelum tidur, segera periksa darah saat mengalami gejala dan minum obat secara tertib," ujar Otto.

Kepala Bidang Pelayanan Kesehatan Dinas Kesehatan Papua Barat Victor Eka Nugraha mengatakan, kasus malaria di Papua Barat selama 2015 mencapai 23.548 kasus, dengan 12.729 di antaranya menimpa anak-anak.

Dia menjelaskan, dari kasus yang selama ini terjadi, ibu hamil, bayi dan balita adalah kelompok yang paling rentan. Malaria pada ibu hamil akan berakibat fatal jika yang bersangkutan mengalami anemia akibat malaria pada saat persalinan.

Sebabkan Kematian

Kematian bisa saja terjadi saat persalinan mengalami pendarahan hebat dan tidak segera mendapat pertolongan medis.

"Anemia pada kehamilan juga bisa berdampak pada tidak optimalnya perkembangan janin. Keguguran, lahir prematur, lahir dengan berat kurang bahkan meninggal," kata Victor.

Dia menjelaskan, anemia akibat malaria terjadi karena sel darah merah pada tubuh terinfeksi bakteri sporozoit yang masuk ke dalam tubuh melalui perantara nyamuk Anopheles.

"Bayi yang sering mengidap malaria bisa mengalami anemia yang mengakibatkan gangguan gizi dan pertumbuhan. Tanpa penanganan yang baik bisa berdampak pada kematian," ujar dia seperti dilansir Antara.

Victor mengutarakan, berbagai upaya telah dilakukan, yakni diagnosa dini dan pengobatan secara tepat, penggunaan kelambu anti nyamuk, dan perlindungan personal melalui losion anti nyamuk, penggunaan baju dan celana lengan panjang, serta menghilangkan tempat perindukan nyamuk serta upaya lainnya.

Saat ini, Dinas Kesehatan provinsi dan beberapa kabupaten pun telah menerapkan program Keluarga Bebas Malaria. Program ini menjadikan tiga fokus sasaran, yakni ibu hamil, bayi dan balita.

Program tersebut, ucap Victor, berupaya untuk mewujudkan tiga bebas bagi setiap keluarga, yakni bebas dari kurang informasi malaria, bebas dari penggunaan kelambu yang tidak tepat, serta bebas dari ketidakpatuhan minum obat anti-malaria.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya