Liputan6.com, Ankara - Pasca-kudeta, pemerintah Turki mengambil sejumlah tindakan yang dinilai keras. Pada Selasa, 20 Juli 2016, puluhan ribu guru dipecat dan seluruh dekan universitas menerima pengumuman bahwa mereka harus menghadapi penangguhan.
Lisensi 21.000 staf yang bekerja di sekolah swasta dicabut, lebih dari 15.000 karyawan di kementerian pendidikan dipecat, dan dewan pendidikan tinggi yang dikelola negara meminta 1.577 dekan universitas untuk mengundurkan diri.
Advertisement
Hal itu merupakan bagian dari upaya Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan, untuk membasmi pendukung Fethullah Gulen, ulama yang berada di AS yang dituduh mendalangi upaya kudeta Turki dengan menyusupi lembaga negara.
Ankara mengatakan, Gulen yang memiliki pengaruh besar di Turki dengan pendukung dari aparat pemerintah serta jaringan sekolah swasta, merencanakan penggulingan pemerintah Erdogan yang telah berkuasa selama 13 tahun.
"Saya minta maaf tapi organisasi teroris paralel tak lagi menjadi pion yang efektif untuk setiap negara," ujar Perdana Menteri Turki, Binali Yildrim.
"Kami akan menuntaskan sampai akar hingga tak ada organisasi teroris rahasia yang memiliki nyali untuk mengkhianati rakyat kami lagi," imbuhnya.
Pada Selasa, ia menyerahkan sebuah berkas ke AS tentang bukti keterlibatan Gulen atas upaya kudeta militer Turki dan meminta agar ekstradisi dilakukan dengan segera.
Tak hanya di bidang pendidikan, sejumlah karyawan di kementerian dan institusi lain juga diberhentikan.
Dikutip dari Telegraph, Rabu (20/7/2016), karyawan yang diberhentikan itu termasuk 9.000 polisi, 2.745 hakim, 8.777 dari kementerian dalam negeri, 1.500 dari kementerian keuangan, 257 staf di kantor perdana menteri.
Tak hanya itu, setidaknya 100 karyawan di Badan Intelijen Nasional MIT, 300 dari kementerian keluarga dan urusan sosial, dan 492 dari kementerian agama juga turut diberhentikan.
Pejabat pemerintah memberi isyarat bahwa Turki akan menjalani perubahan besar dalam beberapa hari mendatang.
Pengumuman Penting Oleh Erdogan
Menteri luar negeri Mevlut Cavusoglu, membatalkan perjalanannya ke Washington untuk menghadiri pertemuan Dewan Keamanan Nasional pada Rabu, 20 Juli 2016, di mana Erdogan mengatakan bahwa ia akan mengeluarkan "pengumuman penting" setelah pertemuan.
Namun muncul spekulasi bahwa Erdogan sengaja membuat keadaan menjadi darurat untuk mengambil alih semua lembaga negara secara penuh.
"Fokus besok (pada pertemuan Dewan Keamanan Nasional) akan membahas cara untuk menghadapi organisasi teror Gulenist dengan cara yang lebih efektif. Cara saat ini tak berhasil. Ada beberapa hukum yang tak mengizinkan kita untuk menghadapi persoalan ini dengan tepat dan kami akan mendiskusikannya," ujar penasihat Yildrim kepada Telegraph.
Pada Selasa juga diketahui bahwa militer menerima adanya unsur intelijen penipu dari tentara yang memulai kudeta lebih dari enam jam, sebelum membajak tank yang dibawa ke jalan dan jet F-16 yang dipiloti oleh pemberontak membom bangunan utama di ibu kota.
Penundaan menimbulkan pertanyaan mengapa tindakan cepat tak diambil untuk mengganggu rencana kudeta tersebut.
Pasukan militer mengatakan dalam sebuah pernyataan, mereka diberikan informasi tentang rencana kudeta oleh Organisasi Intelijen Nasional pada 16.00 waktu setempat dan memberitahu pihak berwenang terkait.
Informasi tersebut didapatkan beberapa jam sebelum jembatan di Istanbul diblokir di mana menjadi tanda adanya upaya perebutan kekuasaan.