SKK Migas: Perubahan Acuan Formula ICP Bisa Pikat Investor Migas

Formula ‎harga minyak Indonesia sejak 2007 sampai saat ini masih mengacu pada Plats dan Rims.

oleh Pebrianto Eko Wicaksono diperbarui 20 Jul 2016, 16:26 WIB
Harga minyak mentah acuan AS turun 7,7 persen menjadi US$ 52,53 per barel dipicu sentimen krisis penyelesaian utang Yunani.

Liputan6.com, Bandung - Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) menyatakan perubahan formula patokan harga minyak Indonesia (Indonesian Crude Price/ ICP) bisa meningkatkan investasi hulu migas.

Kepala Humas SKK Migas Taslim Z. Yunus mengatakan‎, formula ‎harga minyak Indonesia sejak 2007 sampai saat ini masih mengacu pada Plats dan Rims. Patokan acuan tersebut membuat ICP berada di bawah harga minyak jenis WTI dan Brent.

"Nah efeknya adalah harga minyak kita rendah di mata dunia internasional," kata ‎ Taslim pada acara Media Gathering SKK Migas di Bandung, Jawa Barat, Rabu (20/7/2016).

Menurut Taslim, dengan perubahan acuan formula ICP mendekati WTI dan Brent bisa mendongkrak ICP yang bakal lebih menarik investasi karena harga minyak yang diproduksi di Indonesia menjadi lebih mahal.

"Kalau nanti diubah dan bersaing dengan WTI dan Brent, berarti harga minyak lebih naik dan investasi akan lebih menarik," tutur dia

Dia melanjutkan, selain berdampak pada peningkatan minat investasi perubahan formula ICP juga bisa berdampak ke peningkatan Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP). Alhasil, penerimaan negara ‎dari sektor hulu migas akan bertambah.

"Otomatis kalau ICP naik berarti ada peningkatan PNBP migas karena itu pengaruh pada revenue," ungkap Taslim.

Taslim mengungkapkan, investasi hulu migas semester I ‎2016 mencapai US$ 5,56 miliar, turun 27 persen dibanding investasi pada periode yang sama 2015 sebesar US$ 7,74 miliar.

Adapun rea‎lisasi investasi sektor hulu migas pada semester I juga masih jauh dari target investasi migas tahun ini. Bahkan belum mencapai 50 persen dari target sebesar US$ 17,21 miliar.

‎Sementara nilai investasi sampai semester I 2016, terdiri dari investasi eksplorasi US$ 367 juta, pengembangan US$ 845 juta, produksi US$ 3,922 juta, dan admistrasi US$ 521 juta. "Jadi total investasi semester I 2016 mencapai US$ 5,65 miliar," tutup Taslim.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya