Seusia Arya, Bocah Obesitas Palembang Ini Berbobot 119 Kilogram

Rizki, bocah obesitas asal Palembang, makan nasi tiga kali sehari. Tapi ia selalu jajan setiap dua jam sekali.

oleh Nefri Inge diperbarui 21 Jul 2016, 11:03 WIB
Akibat obesitas yang dialaminya, Rizki jarang keluar rumah dan hanya beraktivitas di kamar saja, seperti main gim dan internet. (Liputan6.com/Nefri Inge)

Liputan6.com, Palembang - Kasus obesitas pada anak tak hanya dialami Arya Permana, warga Kabupaten Karawang, Jawa Barat(Jabar). Seorang bocah Palembang yang berusia sama dengan Arya bernama Rizki Rahmat Ramadhan juga mengalami obesitas parah. Bobotnya kini mencapai 119 kilogram.

Siswa kelas 4 SD itu mengalami kenaikan berat badan signifikan sejak usia 8 tahun. Bobot anak bungsu dari tujuh bersaudara itu semakin melonjak saat memasuki usia 9 tahun. Saat itu, berat badannya mencapai 90 kilogram. Bocah laki-laki itu terpaksa mengurangi waktu bermain bersama teman-temannya dalam setahun terakhir karena kesulitan bergerak.
 
Akibat berat badannya yang terus bertambah hingga 119 kg, Rizki mengalami gangguan pernapasan dan hanya kuat berjalan setiap sepuluh langkah kaki. Melihat kondisi sang anak, orangtuanya, Edi Hartono (44) dan Lia (40), segera membawa Rizki ke Rumah Sakit Muhammad Husein (RSMH) Palembang pada Selasa siang, 19 Juli 2016.

Menurut sang ibunda, Lia, Rizki makan nasi tiga kali sehari, tapi setiap dua jam sekali dia selalu jajan makanan instan, seperti bakso, mi instan dan ayam goreng. Apalagi, rumah tempat tinggal Rizki dekat dengan restoran cepat saji.

"Dia bisa jajan sendiri. Kalau kita tidak menuruti kemauannya, dia akan menangis," ujar Lia, kepada Liputan6.com, saat ditemui di salah satu kamar paviliun di RSMH Palembang, Rabu, 20 Juli 2016.
 

Karena berat badannya yang melebihi ukuran anak seumurannya, Rizki jarang keluar rumah dan hanya beraktivitas di kamar saja, seperti main gim dan internet. Setiap malam, Rizki sulit tidur.

Dia hanya bisa tidur dengan posisi tengkurap. Hampir setiap malam, ia kegerahan dan memilih berendam di bathtub kamar mandi.
 
Berhenti Sekolah Sementara
 
Dari laporan para guru di sekolahnya, Rizki terlihat tidak fokus belajar dan sering tidur di sekolah. Meskipun di sekolah banyak teman, ia juga sering diejek teman-temannya karena obesitas yang dialaminya.
 
Untuk sementara waktu, Rizki tidak mengikuti kegiatannya bersekolah karena harus menjalani perawatan intensif untuk menurunkan berat badannya. Padahal, Rizki baru saja naik ke kelas VI di SD Negeri 43 Palembang.

Meskipun belum bisa mencicipi bangku sekolah di kelas barunya, dukungan dari para guru dan pihak sekolah mengalir deras untuk kesembuhan Rizki.
 
"Para guru dan pihak sekolah malah memberikan toleransi kepada Rizki untuk tidak bersekolah sampai berat badan Rizki turun. Keluarga sangat senang mendapatkan dukungan juga dari pihak sekolah," kata Lia yang tercatat sebagai warga Jalan Talang Ratu, Kelurahan Srijaya,Kecamatan Alang-alang Lebar (AAL) Palembang.


Delapan Dokter

Rizki, bocah obesitas asal Palembang, sempat diterapi ahli gizi tetapi berhenti karena matanya memerah dan membengkak. (Liputan6.com/Nefri Inge)

Sebelum dibawa ke rumah sakit, Lia mengaku sudah mencoba berbagai cara, seperti ke ahli gizi hingga diet dan berat badannya sempat turun 3 kg. Namun saat Rizki mengonsumsi obat dari dokter, matanya memerah dan membengkak. Karena takut terjadi apa-apa, orangtuanya menghentikan pengobatan tersebut.
 
Kondisi diperparah dengan kembalinya hobi sang anak yang rajin mengkonsumsi makanan cepat saji. Dalam enam bulan terakhir, Rizki malah jarang menggerakkan tubuhnya karena sudah berat untuk membawa tubuhnya sendiri.
 
Delapan Dokter
 
Melihat kesuksesan tim medis di Bandung saat menangani kasus obesitas Arya Permana, orangtua Rizki berniat membawa anak ke Rumah Sakit Hasan Sadikit (RSHS) Bandung, Jawa Barat. Namun pihak RSMH Palembang meyakinkan tim dokternya bisa menangani kasus obesitas ini. Akhirnya Rizky melanjutkan perawatan di rumah sakit umum daerah ini.
 
Untuk menangani kasus obesitas anaknya, tutur Lia, pihak RSMH Palembang akan menurunkan delapan orang dokter khusus. Saat ini, Rizki hanya diperbolehkan mengonsumsi makanan yang berasal dari rumah sakit.
 
"Tidak boleh mengkonsumsi makanan apa pun selain yang diberikan oleh rumah sakit. Kita berharap, delapan dokter yang akan disiapkan rumah sakit bisa membantu anak saya kembali dengan berat badan ideal untuk anak seumurannya," kata dia.
 
Saat diwawancarai, Rizki terlihat malu dan menutup mata. Ia akhirnya mau berbicara dan mengakui dirinya paling suka makan bakso dan sajian ayam goreng instan setiap harinya.
 
"Kalau daging, pizza dan donat tidak suka, tapi bakso dan fried chicken suka dan enak rasanya. Kalau di kamar, nonton televisi dan main internet. Suka nonton film kartun Shinchan," ujar Rizki dengan wajah tersipu malu.
 
Pihak RSMH Palembang masih belum mau membeberkan berapa jumlah dokter yang akan menangani kasus si bocah obesitas ini. Namun, sesegera mungkin pihaknya akan melakukan rapat internal.
 
"Kita akan melakukan rapat internal dulu untuk membentuk tim dokter khusus," ujar Husni, Humas RSMH Palembang.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya