Ilmuwan Temukan 2 Planet Mirip Bumi, Ada Kehidupan di Sana?

Kedua planet tersebut ditemukan mengorbit sebuah bintang yang lebih kecil dan lebih dingin dibandingkan Matahari.

oleh Nurul Basmalah diperbarui 22 Jul 2016, 06:05 WIB
Kedua planet tersebut ditemukan mengorbit sebuah bintang yang lebih kecil dan lebih dingin dibandingkan matahari (Nasa, ESA, and G Bacon).

Liputan6.com, Santiago - Baru-baru ini, para ilmuwan menyatakan telah menemukan dua 'dunia' yang dapat dihuni dan memiliki struktur bebatuan seperti Bumi.

Hal tersebut membuat peneliti angkasa luar percaya bahwa peluang untuk menemukan kehidupan di planet selain Bumi lebih besar.

Seperti dikutip dari The Guardian, Kamis (21/7/2016) planet tersebut dilaporkan berada dekat dengan Tata Surya -- sejauh 40 tahun cahaya -- mengorbit sebuah bintang 'kecil' yang disebut
Trappist-1.

Bintang tersebut terlihat berwarna kemerahan, diakibatkan oleh cahaya inframerah yang terlihat di bawah spektrum.

Kedua planet tersebut 'tertangkap' saat sedang berpindah -- kejadian yang langka -- berpapasan secara hampir bersamaan di depan bintang mereka.

Pasangan planet tersebut terlihat dengan jelas oleh teleskop ruang angkasa, Hubble, pada orbitnya.

"Anda hanya memiliki 45 menit untuk mengamati secara terus-menerus. Kami sangat beruntung planet tersebut sejajar dengan sempurna," kata seorang pengamat MIT, Juliet de Wit.

Setelah menemukan planet-planet tersebut pada Mei 2016, para peneliti melihat bahwa perpindahan ganda akan segera terjadi dalam kurun waktu dua minggu.

Mereka lalu membuat proposal dengan tergesa-gesa, kurang dari 24 jam. Setelah ditinjau, penegamatan disetujui untuk dilanjutkan.

Lalu, dengan menggunakan teleskop sistem bintang, para ahli itu mengawasi dengan ketat pergerakan planet tersebut.

Mereka menyaksikan cahaya bintang berkedip-kedip sambil menukik, selama perjalanannya melalui atmosfer Bumi.

Jika cahaya tukikan diperbesar, akan menimbulkan efek membentuk atmosfer gas bercahaya, dengan awan besar berputar mengelilingi planet tersebut.

Sementara itu, andaikan panjang gelombang tersebut lebih bervariasi, maka atmosfer yang lebih padat dan tebal -- seperti atmosfer Bumi -- akan terbentuk.

"Seharusnya kita bisa melihat perbedaan yang lebih signifikan dari jumlah cahaya yang diblokir oleh atmosfer. Seperti atmosfer besar dan menyebar pada Jupiter atau Neptunus," kata De Wit.

"Namun, karena kita tidak melihat perbedaan yang besar, berarti kemungkinannya adalah planet tersebut sama seperti Merkurius, Venus Mars, dan Bumi," ujar sang peneliti.

Meskipun dua planet 'alien' tersebut berbatu dan mengorbit bintang, mereka memiliki perbedaan yang mencolok dari Bumi dan planet tetangga lainnya.

De Wit mengatakan pasangan planet tersebut 'terkait' satu sama lain. Di mana satu planet menghadap Matahari, sementara yang lainnya berdiam dalam bayangan -- seperti Bulan dan Bumi.

"Bisa saja planet tersebut 'dunia' air, sesuatu yang belum ada di tata surya. Atau bisa saja atmosfer yang didominasi oleh oksigen," kata De Wit.

Kedua planet tersebut bisa saja memiliki atmosfer seperti Venus, di mana karbon dioksida melapisi langit; Bumi, dengan awan tebal dan bercampur nitrogen dan oksigen; atau Mars, di mana atmosfernya bercampur dengan angin matahari.

"Dengan bantuan alat-alat yang lebih canggih, dapat membuat para ilmuwan menjelaskan elemen dan molekul yang mendominasi atmosfer planet tersebut," jelas De Wit.

Tim peneliti itu berharap untuk dapat terus melanjutkan penelitian terhadap tiga planet lainnya di sistem Trappist.

"Kami akan meneliti sekitar 70 bintang dan terus mencari planet-planet lainnya," kata dia.

Penelitian menggunakan teleskop Trappist itu dilakukan di padang pasir Atacama, Chile. Desain Trappist dilengkapi dengan inframerah dan prototipe objek besar (Speculoos), yang dapat mempelajari 500 sistem bintang dengan fokus pada terang dan bintang kecil.

Menurut De Wit, dengan menggunakan teleskop baru -- seharga US$ 400 ribu atau Rp 5,2 miliar -- mereka dapat membuat catatan detail planet dan bintang-bintang.

Sejauh ini, para ilmuwan NASA telah menemukan lebih dari 1,200 planet di luar tata surya kita, termasuk 500 planet batu.

Tiga planet yang ditemukan dalam 18 bulan terakhir membuat harapan para ilmuwan bertambah, untuk menemukan planet yang bisa dihuni, berjarak tak terlalu jauh dan dekat matahari, memiliki permukaan bebatuan, serta air.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya