Liputan6.com, Jakarta - Produksi batu bara nasional baru mencapai 100,96 juta ton pada pertengahan tahun ini. Angka ini baru sekitar 30 persen dari target produksi batu bara sebesar 419 juta ton.
Direktur Jenderal Mineral dan Batubara Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bambang Gatot mengatakan, produksi batu bara ini sebagian besar berasal dari Perjanjian Karya Pengusahaan Pertambangan Batu bara (PKP2B).
"Sampai pertengahan tahun, produksi sekitar 100,96 juta ton. Ini yang produksi batu bara untuk PKP2B. IUP kontribusinya tidak besar, saya akan cek angkanya. Enam bulan pertama. Dengan target 419 juta ton, masih sekitar 30 persen," ujar dia di Kantor Kementerian ESDM, Jakarta, Kamis (21/7/2016).
Bambang menjelaskan, penurunan produksi batu bara ini karena rendahnya permintaan dunia serta harga batu bara yang belum pulih. Sementara permintaan komoditas ini di dalam negeri juga masih sangat rendah.
Baca Juga
Advertisement
"Data domestik masih 25 juta ton. Nanti setelah 35 ribu MW (megawatt), mungkin bisa mendongkrak kecepatan produksi dalam pengunaannya," kata dia.
Bambang menuturkan, saat ini pihaknya tidak memasang target produksi sebagai patokan. Lantaran dalam Rencana Umum Energi Nasional (RUEN), batu bara ditetapkan sebagai sumber energi, dan bukan sebagai sumber penerimaan negara.
"Sebetulnya antara pencapaian target dan tidak itu ada dua hal. Pertama, kalau mencapai target itu bagus juga. Tapi pada umumnya kalau tidak terserap di dalam negeri ini kita kadang berpikir di RUEN sudah ditetapkan bahwa bukan penerimaan lagi, tapi sebagai energi. Seharusnya dengan itu kita melakukan konservasi," jelas dia.
Selain itu, meski produknya masih terhitung kecil, namun Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) dari komoditas ini sudah mendekati target 2016 yaitu sekitar Rp12,28 triliun.
"Tapi PNBP sekarang pun sudah cukup lumayan. Rp 12 triliun sampai Mei. Itu pun sudah Rp 12,28 triliun. Artinya sudah mendekati target kita Rp30 triliun untuk 2016," kata dia. (Dny/Ahm)