Liputan6.com, Jakarta - Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) akan melelang enam wilayah kerja (WK) di Natuna, Kepulauan Riau. Hal ini sebagai bagian dari pengembangan kawasan tersebut sebagaimana arahan dari Presiden Joko Widodo (Jokowi).
Direktur Jenderal Minyak dan Gas (Migas) Kementerian ESDM IGN Wiratmaja Puja mengatakan, lelang keenam WK ini akan mendorong eksplorasi dan blok-blok baru di kawasan tersebut. Enam WK yang akan dilelang antara lain, East Natuna, Bukit Barat, Dorang, Emas Putih, Durian dan South Tuna.
"Ada enam WK yang kita siapkan untuk dilelang," ujar dia di Kantor Kementerian ESDM, Jakarta, Jumat (22/7/2016).
Baca Juga
Advertisement
Wirat mengungkapkan, pada tahun ini Kementerian ESDM akan melelang empat WK yaitu East Natuna Bukit Barat, Dorang, dan Emas Putih. Sedangkan dua WK sisanya akan dilelang pada tahun depan yaitu Durian dan South Tuna.
"Ada empat untuk 2016. Tahun 2017 kita sedang persiapkan dua WK. Jadi ada enam yang baru," kata dia.
Dia menjelaskan, untuk mendorong percepatan proses pengembangan ini, maka beberapa WK yang sudah disepakati nantinya perlu ada insentif fiskal. Dengan demikian akan menguntungkan secara ekonomis.
"Program terobosannya untuk percepatan di Natuna, beberapa WK yang sudah ada temuan, itu perlu ada fiscal term supaya ekonomis untuk berkembang. Perlu tambahan eksplorasi. Untuk wilayah yang besar, kita tugaskan Pertamina konsorsium dengan Exxon dan PTT," tandas dia.
Sebelumnya pada 18 Juli 2016, Tenaga Ahli Menko Maritim Haposan Napitupulu membeberkan salah satu potensi di perairan Natuna adalah sumber gas alam. Bahkan cadangan gas yang berada di perairan natuna timur tersebut salah satu yang terbesar di dunia.
"Di sana itu ada cadangan gas 222 TCF, namanya Blok D Alpha. Ini menjadi salah satu yang terbesar di dunia, pastinya, yang terbesar di Asia Tenggara," kata Haposan saat berbincang dengan wartawan, Senin (18/7/2016).
Menurut dia, melimpahnya cadangan gas tersebut sayangnya tidak diimbangi dengan kegiatan eksplorasi. Kurang berminatnya perusahaan menggali blok migas tersebut dkarenakan kandungan CO2 nya yang sangat tinggi, mencapai 73 persen.
Haposan mengungkapkan, sebenarnya PT Pertamina (Persero) pernah mengajukan kajian fiskal mengenai potensi blok tersebut. Hanya saja karena harga minyak yang saat ini terjun bebas, menjadikan nilai ekonomis blok D Alpha sangat minim.
"Di sini harusnya pemerintah dan Pertamina duduk bersama, insentif-insentif apa yang bisa diberikan sehingga bisa ekonomis lagi," tegas dia. (Dny/Gdn)