Kasus Obesitas Rizki Lebih Sulit dari Arya Permana

Sebanyak 24 dokter spesialis diterjunkan menangani kasus bocah obesitas asal Palembang itu.

oleh Nefri Inge diperbarui 22 Jul 2016, 15:30 WIB
Rizki, bocah obesitas asal Palembang, sempat diterapi ahli gizi tetapi berhenti karena matanya memerah dan membengkak. (Liputan6.com/Nefri Inge)

Liputan6.com, Palembang - Kasus obesitas yang dialami Rizki Rahmat Ramadhan (10), bocah asal Palembang, Sumatera Selatan (Sumsel) ternyata berbeda dari kasus obesitas Arya Permana (10), bocah obesitas asal Kabupaten Karawang, Jawa Barat (Jabar).

Meskipun Arya berbobot lebih berat dari Rizki, ia tidak mengalami Obstructive Sleep Apnoea (OSA) seperti yang dialami Rizki.

Menurut Yulius Anzar, dokter spesialis Anak dan anggota tim Dokter Penanggung Jawab (DPJB) Rizki di Rumah Sakit Muhammad Husein (RSMH) Palembang, tumpukan lemak Arya menonjol keluar, berbeda dengan tumpukan lemak Rizki.

"Beda kasusnya dengan obesitas di Bandung yang tidak ada OSA. Kalau tumpukannya keluar yang tidak apa-apa, tapi Rizki ini tumpukan lemaknya masuk ke dalam dan RSMH Palembang baru pertama kali menangani kasus obesitas seperti ini," ujar Yulius kepada Liputan6.com, seusai keluar dari ruang ICU RSMH Palembang, Jumat (22/7/2016).

OSA sendiri adalah sindrom yang terjadi saat tidur, suplai oksigen berhenti sementara dan seperti tercekik (asfiksia). Rizki sering mengalami OSA ringan sebelum dirawat ke RSMH Palembang.

Sindrom ini diakibatkan adanya penumpukan lemak di saluran pernapasan. Ciri-cirinya adalah sering mengorok untuk kondisi tubuh yang gemuk. Selain itu, ada juga benjolan amandel yang semakin mempersempit jalannya pernapasan Rizki. Kondisi tersebut kemungkinan disebabkan faktor genetik.

Sementara, kondisi jantung anak kelas 6 SD itu belum terganggu oleh tumpukan lemak. Saat ini, bahkan sudah ada pelebaran ruang di daerah jantung.

"Yang jelas kita berharap secepat mungkin pulih. Kalau pasien tidak butuh alat pernapasan lagi, baru bisa dipindahkan dari ruang ICU. Kita belum bisa memastikan kapan pasien sadar, tergantung individunya juga," kata Yulius.

Ada 24 dokter spesialis yang diturunkan untuk membantu penanganan kasus obesitas Rizki, seperti dokter ahli gizi, jantung, paru-paru, psikiater, dan lainnya.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya