Liputan6.com, Jakarta - Nilai penyaluran kredit PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) pada semester I tahun ini mencapai Rp 357,22 triliun, naik 23,7 persen dibanding periode sama tahun sebelumnya Rp 288,72 triliun.
Direktur Utama BNI Achmad Baiquni mengatakan, kinerja penyaluran kredit BNI menunjukkan kualitas fungsi intermediasi perseroan yang semakin meningkat di tengah kecenderungan menurunnya suku bunga.
"BNI tetap dapat mendorong kredit sekaligus mencetak Net Interest Margin (NIM) di atas 6 persen," jelas dia di Jakarta, Jumat (22/7/2016).
Hal ini didorong penurunan Cost of Funds dari 3,2 persen pada Juni 2015 menjadi 3,1 persen pada Juni 2016. Cost of Funds tetap meningkat karena penurunan suku bunga dana deposito pada umumnya.
Pertumbuhan kredit yang signifikan didominasi oleh kredit Business Banking (produktif) sebesar 25,6 persen (yoy) , sehingga menjadikan kontribusinya terhadap total kredit BNI berada pada level 73,0 persen.
Baca Juga
Advertisement
Secara keseluruhan kredit segmen Business Banking hingga akhir Juni tercatat Rp 260,79 triliun, dibanding posisi Juni 2015 Rp 207,58 triliun. Kredit Business Banking tersalurkan ke segmen Korporasi (25,1 persen dari total portofolio Kredit BNI), BUMN (18,2 persen), Menengah (16,3 persen), dan Kecil (13,4 persen).
Pertumbuhan signifikan terjadi pada penyaluran Kredit Usaha Rakyat (KUR) yang termasuk ke dalam segmen Kredit Kecil BNI. Penyaluran KUR pada Kuartal II 2016 meningkat Rp 7,3 triliun atau tumbuh 331 persen dibandingkan periode yang sama tahun 2015.
Kondisi tersebut membuat komposisi KUR sebagai kredit yang mendapatkan penjaminan dari pemerintah meningkat dari 5,6 persen menjadi 19,9 persen terhadap portofolio Kredit Kecil BNI.
Penyaluran kredit BNI sepanjang Semester I 2016 juga menunjukkan peningkatan ke badan-badan usaha milik negara (BUMN).
Kucuran kredit ke BUMN ini tumbuh 28,6 persen (yoy) menjadi Rp 65,02 triliun. Realisasi ini menampakkan sinergi antar BUMN yang tetap menjadi fokus bisnis BNI.
Kredit Menengah juga tumbuh sebesar 34,6 persen menjadi Rp 58,33 triliun. Pada segmen Kredit Menengah, BNI dapat membukukan lebih dari 230 debitor baru dan menyalurkan kredit baru pada lebih dari 400 debitor existing.
Adapun rasio kredit bermasalah (Non Performing Loan/NPL) pada semester I 2016 sebesar 3 persen. Tingginya rasio kredit bermasalah mengikuti tren industri.
"Memang kalau lihat berita terakhir NPL ternyata mengalami kenaikan, diperkirakan 3,1 persen untuk industri. Kalau dari data kami sepertinya 3 persen angka NPL tertinggi, kedepannya NPL akan semakin menurun," jelas Achmad Baiquni.
Dia menambahkan, salah satu perusahaan menyumbang tingginya angka kredit bermasalah. Nilai tunggakannya sekitar Rp 1,3 triliun.
"Ada satu debitor kita Trikomsel, akhirnya di semester ini tidak bisa kita pertahankan, jumlahnya signifikan Rp1,3 triliun," ujar dia.
Namun, Achmad optimis rasio kredit bermasalah turun di bawah 3 persen sampai akhir tahun. Perseroan dipastikan akan membenahi kredit bermasalah dengan melakukan restrukturisasi kredit.