Liputan6.com, Catalunya - FIM (Federasi Internasional Motor) baru saja merilis sebuah pernyataan mengenai penyebab tewasnya Luis Salom, pembalap Moto2 yang memperkuat tim Kalex. Menurut mereka, tak ada masalah pada motor yang ditunggangi Salom.
Jagat otomotif dunia berduka jelang balapan MotoGP Catalunya 2016 di Sirkuit Catalunya, 5 Juni 2016. Itu karena tewasnya Salom saat melakoni latihan bebas kedua Moto2 pada 3 Juni 2016. Penyebabnya adalah cedera serius yang dialaminya setelah menabrak dinding pembatas pada tikungan ke-12.
Baca Juga
Advertisement
Berbagai spekulasi pun merebak. Ada yang menyebut Salom kehilangan kendali motornya hingga menabrak dinding pembatas. Ada pula yang menyebut Salom terkena serangan jatung lebih dulu. Satu hal yang pasti, Salom menambah panjang daftar pembalap yang tewas di lintasan.
Tewasnya Salom pun membuat desain Sirkuit Catalunya diubah. Hal itu dilakukan setelah Komisi Keselamatan MotoGP menggelar pertemuan khusus dengan para pembalap. Setelah hampir dua bulan berlalu, kabar terbaru mengenai penyebab tewasnya Salom kembali diungkap.
Dalam laporan yang disusun Direktur Teknis dan Direktur Teknologi di hadapan ahli yudisial, Anle Calzada Gomez, serta pakar telemetri independe, Lluis Lleonart Gomez, menegaskan tak ada yang salam dengan SAG Team Kalex atau masalah pada ban.
Laporan ini menyimpulkan bawanya adanya keterlambatan pada pengereman saat tikungan. Namun, dampak paling besar yang menjadi penyebab tewasnya Salom adalah hantaman dengan dinding pembatas.
Pernyataan FIM
"Mengonfirmasi analisis awal Gomez yang melaporkan bahwa data menunjukkan motor 4 km lebih lambat dari lap tercepatnya. Tapi, titik pengereman yang dilakukan Salom adalah 7 hingga 8 meter lebih dekat dengan tikungan dibandingkan saat ia mencatat lap terbaik. Gomez mengkonfirmasi bahwa pada lintasan lurus di antara dua tikungan itu sempat terjadi gas yang terputus," tulis pernyataan FIM seperti dikutip Crash.
"Gomez berspekulasi bahwa pembalap sempat menengok ke belakang dan ketika ia kembali melihat ke depan, ia salah memperhitungkan posisinya yang sudah melewati batas titik pengereman. Spekulasi itu bisa saja benar melihat tekanan rem yang lebih tinggi dari biasanya, yang dapat dilihat dari data di telemetri."
"Hasilnya, kondisi tersebut memungkinkan ban depan kehilangan traksi hingga berujung pada kecelakaan fatal itu. Gomez juga mengonfirmasi bahwa tak ada bukti pada data tersebut yang berhubungan dengan permukaan lintasan atau kemungkinan terjadinya goncangan," demikian bunyi pernyataan tersebut.
Advertisement