Liputan6.com, Jakarta - Tekanan darah tinggi adalah masalah kesehatan yang paling umum ditemui pada ibu hamil. Begitupun dengan pre-eklampsia yang muncul saat kehamilan yang dapat mempengaruhi ibu, calon anak, atau keduanya.
Hal ini sering terjadi saat usia kandungan 20 minggu hingga saat melahirkan. Kondisi ini menyebabkan sejumlah gangguan tanpa gejala-termasuk tekanan darah tinggi (hipertensi), dan kebocoran protein dalam urin (Proteinuria)- yang dapat berkembang menjadi penyakit serius jika tidak terdeteksi.
Advertisement
Sementara, bayi yang dalam kandungan dapat tumbuh lebih lambat dari biasanya, atau menderita kekurangan oksigen berpotensi berbahaya, dilansir laman Mirror, Minggu (24/7/2016).
Hal ini sering terjadi pada kehamilan pertama. Tapi perempuan yang pernah menderita pre-eklampsia, akan mengalaminya lagi pada kehamilan berikutnya.
Penyakit pre-eklampsia biasanya ringan, tetapi satu hingga dua dalam 100 kehamilan pertama ada risiko serius bagi kehidupan bayi, dan sang ibu. Di Inggris, setiap tahun sekitar 1000 bayi meninggal karena pre-eklampsia. Sedangkan untuk ibu, tujuh orang yang meninggal setiap tahunnya.
Penyebab pre-eklampsia
Tidak ada yang tahu pasti, meskipun faktor genetik paling terlibat. Karena perempuan yang ibu atau saudaranya menderita pre-eklampsia lebih mungkin akan mengikutinya.
Pre-eklampsia berasal dari plasenta-organ kehamilan khusus yang menghubungkan ibu-anaknya yang belum lahir. Sementara plasenta membutuhkan pasokan darah banyak, dan efisien dari ibu untuk mempertahankan bayi yang sedang tumbuh.
Dalam pre-eklampsia, plasenta darah berjalan singkat, karena arteri di dalam rahim tidak membesar seperti seharusnya yang dilakukan ketika plasenta sedang dibentuk pada pertama kehamilan.
Kekurangan darah ini menjadi konsekuensi serius bagi ibu, dan bayi dalam kandungan.
Advertisement
Apa yang terjadi pada ibu?
Sinyal dari kekurangan plasenta mempengaruhi pembuluh darah ibu, meningkatkan tekanan darah, dan mengganggu fungsi ginjalnya. Sehingga produk-produk limbah yang harus dikeluarkan dalam urin menumpuk dalam darah. Sedangkan protein darah yang berharga bocor ke dalam urin.
Eklampsia, pendarahan otak (stroke), edema paru (cairan di paru-paru), gagal ginjal, kerusakan hati, dan kerusakan sistem pembekuan darah (kiagulasi intravaskular diseminata) adalah komplikasi yang paling berbahaya. Untungnya semua itu langka.
Namun pre-eklampsia akan berakhir saat sang bayi lahir.
Apa yang terjadi pada bayi?
Pasokan darah dari ibu ke plasenta dibatasi, pasokan nutrisi dan oksigen pada bayi pun berkurang. Ini mengarah pada awalnya lambatnya pertumbuhan normal (retardasi pertumbuhan intrauterin-IUGR), dan kemudian kelaparan oksigen.
Setelah pre-eklampsia diketahui, bayi yang belum lahir bisa dimonitor sedekat dengan ibunya sehingga pengiriman dapat dilakukan sebelum masalah menjadi serius.
Keputusan tentang induksi awal sangat sulit ketika janin masih prematur (usia kehamilan di bawah 28-30 minggu).
Tidak ada masalah kesehatan bagi bayi dan anak-anak yang telah terkena pre-eklampsia kecuali mereka menderita kelaparan ekstrem oksigen di dalam rahim, atau lahir prematur.
Advertisement