Liputan6.com, Jakarta Mendikbud yang baru saja menerbitkan regulasi Anti-Kekerasan dalam kegiatan Masa Orientasi Siswa (MOS), mendapat dukungan penuh dari Forum Anak Jakarta, yang merupakan wadah informasi dan sosial anak di DKI Jakarta.
Muhamad Ridwan, Ketua Forum Anak Jakarta setuju dengan larangan dan penghapusan MOS di sekolah. Menurutnya aksi atau kegiatan di dalam MOS kurang lebih menjadi ajang kekerasan yang tak mendidik anak.
Advertisement
"Selain di rumah, di sekolah kan menjadi tempat tindak kekerasan pada anak, contohnya saja dalam MOS. Untungnya sekarang sudah ada peraturan larangan MOS. Ya walau kekerasan secara psikis sih tapi bisa buat anak jadi trauma," katanya saat ditemui oleh Health-Liputan6.com, Minggu (24/07/2016).
Menurut Ridwan, jika anak terbiasa dididik dengan kekerasan kelak anak akan menjadi sosok pendendam.
"Misalnya kelas 7, dia (anak) di MOS sampai disuruh tiarap nanti pas dia naik kelas dia mau masuk OSIS dengan tujuan balas dendam dengan adik kelas barunya. Bukan dengan tujuan berorganisasi malah balas dendam," ujar Ridwan sambil tersenyum.
Ridwan menilai bahwa cara pemerintah yang mendirikan MOS sebagai pengenalan siswa-siswi baru di lingkungan sekolah menjadi gagal--bila MOS digunakan sebagai ajang balas dendam.
"Akhirnya pemerintah melihat fakta dan kenyataannya kan kalau MOS itu menjadi satu bentuk tindak kekerasan terhadap anak. Kalau dihapus seperti sekarang, ya alhamdulliah kan," tuntasnya.