Liputan6.com, Jakarta - Terungkapnya peredaran vaksin palsu di beberapa daerah baru-baru ini, membuka mata kita semua, begitu lemahnya pengawasan vaksin dan obat di Tanah Air.
Koordinator Forum Alumni Aktivis Perhimpunan Pers Mahasiswa Indonesia (FAA PPMI) Agung Sedayu menduga, banyak rumah sakit dan apotek di Jakarta menggunakan vaksin palsu.
"Jumlah itu belum termasuk puluhan lainnya di luar daerah, yang diduga juga ikut menerima vaksin dari distributor tidak resmi," kata Agung dalam diskusi bertema 'Darurat Farmasi: Melawan Pemalsuan Vaksin dan Obat' di Kuningan, Jakarta, Minggu 24 Juli 2016.
"Dan yang lebih memprihatinkan praktik pembuatan dan distribusi vaksin, ternyata sudah 13 tahun berjalan atau sejak 2013," sambung dia.
Agung menjelaskan peredaran vaksin palsu ini jelas merupakan perbuatan melanggar hukum, dan pelakunya pun harus dihukum.
"Di luar tindakan hukum, pemerintah mesti bergerak cepat mencari dan memusnahkan sisa vaksin palsu yang masih beredar, sekaligus memastikan kejahatan itu tidak lagi terulang," tegas dia.
Menurut Agung, vaksin paslu adalah bagian dari pemalsuan obat, jaringan, dan pola operasinya juga tidak jauh berbeda. Kejahatan ini menjadi musuh di seluruh dunia.
"Laporan WHO 2008 disebutkan bahwa obat dan vaksin palsu menyuplai sekitar 10 sampai dengan 15 persen obat dunia. Jumlah ini sangat signifikan," kata dia.
"Pada 2005, perdagangan obat dan vaksin palsu di global memperoleh keuntungan sekitar US$ 39 miliar," sambung Agung.
Kondisi Gawat
Agung menilai, terungkapnya peredaran vaksin palsu belakangan ini, adalah pertanda pemalsuan obat di negeri ini dalam kondisi gawat.
Karena itu, Agung menyarankan, pemerintah harus memperbaiki sistem pengawasan vaksin dan obat, serta memperkuat stakeholder yang diberi wewenang pengawasan.
"Selain regulasi, aksi melawan pemalsuan mesti dengan membangun sistem dan tekhnologi tracking product, perlindungan obat dan vaksin secara nasional, serta kerja sama seluruh stakeholder sekaligus mendidik publik," papar dia.
Agung menambahkan, FAA PPMI menyerukan agar semua pihak baik pemerintah, DPR, aparat penegak hukum, BPOM, rumah sakit, dan masyarakat agar bersama-sama memberantas vaksin dan obat palsu.
"Tanpa perbaikan menyeluruh di sistem pengawasan dan keterlibatan semua pihak, mustahil pemalsuan vaksin dan obat bisa dihilangkan," pungkas Agung.
Vaksin Palsu Pertanda Kondisi Obat-obatan Sudah Gawat
Terungkapnya peredaran vaksin palsu belakangan ini, adalah pertanda pemalsuan obat di negeri ini dalam kondisi gawat.
diperbarui 25 Jul 2016, 04:33 WIBPetugas memperlihatkan sejumlah obat ilegal dan palsu sebelum dimusnahkan di halaman Kantor BPOM, Jakarta, Senin (26/5/14). (Liputan6.com/Johan Tallo)
Advertisement
Advertisement
POPULER
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Berita Terbaru
Kondisi Terkini Suami yang Diseret Pakai Mobil Usai Pergoki Istri Selingkuh
Video Rafathar Belajar Masak Telur Ditonton Puluhan Juta Kali, Kompornya Jadi Sorotan
DC Rilis Trailer Baru Superman 2025, Berikut Sinopsis dan Daftar Pemainnya
Sepertiga Spesies Terancam Punah pada 2100
Tak Terima Keponakan Dimarahi, Pria di Kupang Tebas Tetangga dengan Kapak
Jadwal Sholat DKI Jakarta, Jawa dan Seluruh Indonesia Hari Ini Selasa 24 Desember 2024
Menkum Bandingkan Denda Damai Kejagung dengan Prabowo Akan Maafkan Koruptor
Penghasil Terbesar, Negara Ini Justru Larang Bawa Durian di Transportasi Umum
Sepanjang Tahun, MilkLife Soccer Challenge 2024 Sukses Tumbuhkan Minat Siswi MI dan SD Rangkai Mimpi jadi Bintang Sepak Bola Masa Depan
Terlambat Sholat Subuh, Masih Bolehkah Lakukan 2 Rakaat Qobliyah? UAS Menjawab
BI Periksa Uang Terkelupas yang Bikin Resah Warga Sulsel, Ternyata Asli
Detik-Detik Sambaran Petir Tewaskan 2 Petani, Satu Berteduh di Gubuk Lainnya di Pematang Sawah