Liputan6.com, Makassar - Pemerintah Kota (Pemkot) Makassar, Sulawesi Selatan bekerja sama dengan Kodam VII Wirabuana mengadakan kegiatan Bela Negara dengan melibatkan 21 ribu siswa baru tingkat SMP dan SMA sederajat. Diharapkan kegiatan ini vusa menumbuhkan rasa cinta negara sekaligus menghadapi proxy war.
Proxy war merupakan sebuah perang antara dua kekuatan besar dengan menggunakan pemain pengganti untuk menghindari konfrontasi secara langsung. Perang ini dipercaya bisa mengancam keamanan negara di antaranya dengan memainkan isu-isu, seperti LGBT (lesbian, gay, biseksual, dan transgender) dan begal.
Advertisement
"Dengan begitu nantinya maka akan tumbuh kecintaan mereka sebagai generasi penerus ini terhadap daerahnya, mereka adalah generasi penerus yang akan menjadi pemimpin masa depan," kata Alamsyah di Makassar, Sulsel, Minggu 24 Juli 2016.
"Proxy war ini sudah berlangsung tanpa disadari dimana tidak dapat dikenali dengan jelas siapa kawan dan siapa lawan karena musuh sebenarnya mengendalikan peranan dari jauh," tutur Alamsyah.
Mereka, lanjut dia, sebagai penerus bangsa harus menjadi penyelamat negara jika keadaan negara atau daerahnya nanti dalam kondisi tak menentu.
Pelatihan kader Bela Negara yang melibatkan para siswa baru di Kota Makassar, kata Alamsyah, bukan kegiatan wajib militer. Melainkan sebuah ikhtiar untuk membentuk calon-calon pemimpin masa depan yang tidak terpengaruh hal-hal yang negatif namun peka terhadap kecenderungan perubahan zaman.
"Tantangan ke depan tentunya jauh lebih berat, sehingga mereka harus dibekali tak hanya ilmu pengetahuan dan teknologi tapi juga kesadaran bela negara disamping pondasi keagamaan yang kuat," ucap Alamsyah.
Dalam pelatihan Bela Negara yang diikuti 21.000 siswa baru dari seluruh SMP dan SMA se-Kota Makassar, para pelajar dibekali materi pengetahuan proxy war, moral dan etika, pengenalan pancasila, wawasan nusantara, dan tentang bahayanya paham radikalisme serta cara menangkalnya.