Liputan6.com, Jakarta - Sebagai pewaris bisnis keluarga, tentunya tantangan yang dihadapi Jeff Platt tidak mudah. Tidak hanya harus membuat bisnis keluarganya bertahan di tengah persaingan, tapi harus bisa mengembangkannya agar lebih sukses.
Platt adalah miliarder yang sukses dari bisnis permainan trampolin. Pria 31 tahun ini berhasil mengatasi berbagai permasalahan di bisnis keluarganya, Sky Zone Indoor Trampoline.
Advertisement
Keberhasilannya terbukti dengan keuntungan yang berhasil diraup perusahaan US$ 167 juta atau sebesar Rp 2,19 triliun (Kurs Rp 13.136 per dolar) dalam waktu satu tahun.
Mengutip dari CNBC, Selasa (2/8/2016), Jeff Platt berbagi cara agar bisnis keluarganya berkembang dengan baik. Berikut 4 tips mengembangkan bisnis keluarga. Apa saja?
1. Percaya dengan Tim
Pada saat Anda meneruskan bisnis keluarga, tentunya akan berhadapan dengan tim perusahaan yang telah cukup solid dibuat orang tua.
Sebab itu Anda tidak boleh memutuskan tali hubungan yang solid tersebut, dan tetap percaya dengan tim yang ada.
“Saya belajar dari waktu ke waktu, jika Anda benar-benar ingin membangun suatu bisnis, perlu memberdayakan tim yang sudah ada, menyemangati mereka, dan membiarkan mereka mengambil keputusan,” ujar Platt.
2. Pekerjakan Orang yang Tepat
“Siapa yang Anda butuhkan 6 bulan ke depan, berbeda dengan siapa yang akan Anda butuhkan dalam 2 tahun ke depan," ujar Platt.
Pria ini menyarankan para pelaku bisnis untuk mencari orang-orang berbakat dimulai sejak bisnis tersebut dibangun, walau seringkali akan membuat biaya perusahaan membengkak.
3. Tahu Target Pasar
3. Tahu Target Pasar
Sebagai bisnis yang telah terbangun, tentunya bisnis keluarga Anda telah memiliki target pasar yang jelas. Hal ini menjadi berbeda, ketika bisnis Anda telah berkembang, bahkan berkembang ke seluruh dunia.
Anda akan menemui banyak target pasar yang unik dan berbeda, sehingga Anda perlu melakukan riset lagi tentang target pasar tersebut.
Jeff Platt menjelaskan bagaimana Sky Zone sebagai perusahaan yang didirikan di Amerika Serikat, mulai membuka cabang di negara lain.
Di Arab Saudi contohnya. Sky Zones harus menyesuaikan dengan budaya setempat di mana area permainan dibagi menjadi 2, yaitu “laki-laki”, dan “keluarga”.
Sky Zone juga melakukan riset terhadap target pasar mereka di Australia yang diketahui lebih terpacu adrenalinnya. “Mereka adalah budaya “ekstrim,” ujar Platt.
Untuk itu, Sky Zone membangun arena dinding yang dapat dijadikan tempat berlari.
4. Jangan Fokus Pada Ide-ide Baru, Karena Ide Lama Bisa Lebih Baik
Ide lama pendirian Sky Zone adalah membuat olahraga baru dengan menggunakan trampolin. Ide ini sempat membuat perusahaan ini hampir bangkrut, sampai akhirnya perusahaan ini berubah haluan sebagai wahana permainan trampolin saja.
JeffPlatt sebagai penerus bisnis keluarga ini menganggap ide lama SkyZone cukup baik, sehingga dia kembali berusaha mewujudkannya.
Sayangnya rekan-rekan kerjanya di perusahaan Sky Zone menganggap hal ini sebagai hal bodoh, dan memutuskan keluar dari bisnisnya.
“Banyak teman saya yang pergi dan bekerja di perusahaan lain atau menjadi seorang pengacara. Mereka melihat saya seolah-olah sebagai manajer gila di wahana trampolin. Saya tidak pernah membayangkan hal ini akan terjadi, tapi ini semua menyenangkan, dan berakhir baik-baik saja,” ujar Platt.
Platt memang berhasil, ide lama olahraga SkyZone berhasil diterapkan dengan olahraga “dodgeball”. SkyZone bahkan berhasil menciptakan kompetisi internasional dari olahraga ini. (Aldo Lim/nrm)
Advertisement