Liputan6.com, Jakarta Akhir-akhir ini cuaca di desa Daxian luar kota Xingtai, Tiongkok makin memburuk. Karena hujan terus menerus mengakibatkan sungai meluap. Kondisi ini menyebabkan seorang laki-laki bernama Gao Fengtai galau. Ia sangat khawatir dengan keadaan ibunya yang tingga sendirian.
Baca Juga
Advertisement
Sementara ia tinggal bersama istrinya yang tak jauh dari rumah ibunya tercinta. Hari itu ia memperoleh kabar dari Badan Meteorologi yang mengeluarkan peringatan akan turun hujan lebat.
Khawatir dengan ibunya, ia bergegas ke rumah ibunya untuk memastikan kondisinya baik-baik saja.
Setelah memarkir truknya, ia menemani ibunya sambil berjaga-jaga jika banjir datang. Selama tiga jam di rumah ibu, banjir tak terjadi. Laki-laki itu memutuskan pulang ke rumahnya sendiri. Meski lelah, Gao kembali ke rumahnya sendiri langsung tidur nyenyak.
Saat tengah malam, istri Gao mendengar pengumuman bahwa banjir datang. Dia membangunkan suaminya. Tanpa diskusi, Gao langsung melarikan diri ke rumah ibunya. Setelah ia memastikan ibunya baik-baik saja, Gao pulang kembali ke rumah. Namun apa yang dialami sungguh mengejutkan. Ia menemukan pintu rumahnya ditutup agar air tak bisa masuk ke rumah.
Istri Gao berjuang sendirian menyelamatkan anaknya dan membawa ayahnya yang difabel ke atap.
Setelah banjir pergi, istri Gao pun juga meninggalkan dirinya, bersama anaknya yang berusia 2 tahun dan sejumlah uang tunai untuk selama-lamanya.
Laki-laki itu sedih. Ia mengaku tidak tahu mana yang harus diselamatkan dulu dari banjir, istri atau ibunya. Banjir itu menewaskan 130 orang, 17 diantaranya berasal dari desa Gao.
Peristiwa itu menjadi kontroversi di media sosial. Banyak yang mendukung maupun yang mencela. Namun selalu saja ada yang netral, memberi solusi kenapa ibunya tidak dibawa ke rumahnya saja.
Bagaimana menurutmu?
**Ingin berbagi informasi dari dan untuk kita di Citizen6? Caranya bisa dibaca di sini.
**Ingin berdiskusi tentang topik-topik menarik lainnya, yuk berbagi di Forum Liputan6.
