Liputan6.com, Jakarta - Direktur Pelaksana Bank Dunia Sri Mulyani Indrawati menyebutkan indikator kesenjangan pendapatan masyarakat Indonesia naik tajam dari 30 pada 2003 menjadi 41 pada 2014.
"Ketimpangan yang sangat tajam bisa menghambat potensi pertumbuhan jangka panjang. Masalahnya ketimpangan di Indonesia banyak ditentukan oleh hal-hal yang di luar kendali penderita", kata Sri dalam paparannya di hadapan ratusan peserta Kuliah Umum di Kampus Universitas Indonesia, Selasa (26/7/2016).
Ia menambahkan, ada sejumlah faktor yang membuat kesenjangan masyarakat Indonesia. Faktor pertama adalah layanan kesehatan. Sekitar 37 persen balita di Indonesia tidak menerima nutrisi yang cukup mulai dari kandungan hingga 2 tahun.
Baca Juga
Advertisement
"Gizi buruk mengakibatkan otak seorang anak kurang berkembang. Ini berarti 1 dari 3 anak Indonesia akan kehilangan lebih baik dalam pendidikan dan pekerjaan dalam sisa hidup mereka," ujar Sri.
Kedua, kualitas pendidikan di Indonesia yang belum merata. Sekolah di desa berpeluang lebih kecil untuk memiliki guru terlatih dan fasilitas yang baik. Ketidakhadiran guru pun menjadi masalah.
"Akibatnya capaian pendidikan sangat bervariasi antara kabupaten dengan kota, dan antar provinsi. Sebagai contoh anak kelas 3 SD di Jawa dapat membaca 26 huruf lebih cepat per menit dibandingkan anak di Nusa Tenggara, Papua dan Maluku," kata dia. (Ady Nugrahadi/Ahm)