Waspadai Obesitas pada Anak Sejak Dini

Orangtua harus mewaspadai obesitas pada anak dengan memperhatikan asupan makanan dan gaya hidupnya sejak usia dini.

oleh Liputan6 diperbarui 26 Jul 2016, 19:05 WIB
Arya Permana (10), bocah asal Desa Cipurwasari, Kecamatan Tegalwaru, Kabupaten Karawang, yang mengalami obesitas.

Liputan6.com, Jakarta Ahli gizi Rumah Sakit PMI Bogor, Jawa Barat, dr Niken Churniadita K mengingatkan orangtua untuk mewaspadai obesitas pada anak dengan memperhatikan asupan makanan dan gaya hidupnya sejak usia dini.

"Mengenalkan pola makan sehat sejak dini menentukan gaya hidup anak di masa depannya," kata dr Niken saat ditemui di Bogor, Senin (26/7/2016).

Sebagai contoh, kata dia, kasus obesitas yang terjadi pada bocah Arya Permana (10) menjadi pelajaran berharga bagi orangtua untuk memperhatikan pola makan dan gaya hidup anak-anaknya sejak dini.

"Kadang kita lengah, anak obesitas dinilai lucu, menggemaskan. Padahal, ini cikal bakal timbulnya penyakit metabolik," katanya.

Menurut dr Niken, obesitas baik pada anak maupun dewasa cukup berbahaya, karena menimbulkan penyakit metabolik, yakni mempengaruhi metabolisme tubuh seperti kelebihan karbon dapat menimbulkan diabetes, kelebihan lemak dalam tubuh menyebabkan jantung, tekanan darah tinggi atau hipertensi, dan stroke.

"Semua jenis penyakit ini berisiko dapat menyebabkan kematian," katanya.

Ia mengatakan, salah satu penyebab obesitas adalah pola makan dan gaya hidup yang tidak memenuhi standar kesehatan. Kondisi saat ini, masyarakat begitu mudah mendapatkan makanan cepat saji, dengan meningkatnya sosial ekonomi, pengaruh iklan makanan mendorong minat untuk mendapatkan makanan yang diinginkan.

Aksesibilitas mendapatkan makanan dengan menjamurnya restoran cepat saji, penjual ayam goreng standar kaki lima yang kini digemari masyarakat kelas menengah ke bawah.

Padahal, lanjut dr Niken, belum tentu semua jenis makanan yang tersaji di restoran cepat saji maupun tempat kuliner baik untuk kesehatan.

"Contohnya makanan cepat saji itu, terbuat dari bahan-bahan olahan seperti tepung, porsinya dibuat besar, takaran protein, karbon maupun kalorinya melebihi batas yang diperbolehkan, semua berpotensi menimbulkan lemak," katanya.

Dengan gaya hidup saat ini, banyak anak muda nongkrong di kafe atau restoran cepat saji, menghabiskan waktu duduk berjam-jam sambil mengonsumsi minuman bersoda atau kafein adalah pola hidup yang tidak sehat.

"Kalau sudah ditambah dengan merokok dan mengkonsumsi alkohol, gaya hidup seperti ini semakin tambah parah," katanya.

Gaya hidup sehat didukung dengan aktif bergerak atau berolahraga. Bagi pekerja kantoran, aktivitas olahraga kerap terlupakan karena minimnya waktu luang yang tersedia.

"Selama bekerja kebanyakan duduk, tidak aktif bergerak, maka asupan makanan yang kita konsumsi tadi tidak terolah dengan baik maka akan menjadi lemak," kata dr Niken.

Mencegah obesitas, lanjutnya, sangat mudah, diperlukan komitmen dan kemauan yang kuat untuk menjalankan pola hidup yang sehat dengan makan gizi seimbang.

"Olahraga teratur tidak harus nge-gym. Dengan meluangkan waktu bergerak entah itu naik turun tangga atau berjalan kaki selama 30 menit tanpa jeda itu sama dengan olah raga. Asal tidak ada jeda, berkelanjutan selama 30 menit setiap hari," katanya.

Niken menambahkan, banyak pasien obesitas yang datang ke RS PMI sudah disertai dengan penyakit penyertanya seperti diabetes, hipertensi dan gangguan lainnya.

"Yang datang tidak hanya usia lanjut, ada juga yang masih muda. Alasan kenapa mereka obesitas sama, karena pola makan tidak sehat dan gaya hidup yang tidak sehat juga," dr Niken menambahkan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya