Liputan6.com, New York - Sejarah mencatat pada hari Selasa, 26 Juli 2016, Hillary Rodham Clinton menjadi perempuan pertama yang dinominasikan partai mayoritas untuk jadi calon presiden AS pada pemilu mendatang.
Sebelumnya, ia juga mencatatkan sejarah menjadi perempuan pertama dalam 240 tahun politik AS yang mendapatkan tiket capres AS di Partai Demokrat itu. Pada Juni lalu, Hillary mendapat suara delegasi sebesar 2.384-- lebih dari yang diperlukan untuk nominasi capres--mengalahkan senator dari Vermont, Bernie Sanders.
Pada awal ia mengumumkan diri menjadi capres AS pada 12 April 2015 lalu, sebuah gambar Badan Antariksa Amerika Serikat (NASA) dan mantan first lady istri mantan presiden Bill Clinton itu menyebar secara viral di dunia maya. Dengan kalimat: "NASA must be kicking themselves" atau "NASA pasti menyesal berat."
Apa kaitannya NASA dan Hillary?
Ternyata, pada tahun 1961 atau 1962, kala ia masih gadis cilik, Hillary menulis surat ke NASA. Ia mengungkapkan mimpi dan ketertarikannya untuk jadi astronot.
Namun, jawaban badan antariksa itu bikin ia kecewa berat: tidak bisa. "Kami tak menerima perempuan (untuk jadi astronot)," begitu jawaban NASA.
"Usiaku sekitar 13 tahun, aku menulis surat ke NASA untuk menanyakan apakah aku bisa menjadi seorang astronot. Dan jawabannya adalah, 'Kami tak berminat menjadikan perempuan seorang astronot'," kata Hillary dalam sebuah pidato di Washington DC pada 2012, seperti dikutip dari The Space Review.
Mantan Ibu Negara AS ini sebelumnya juga mencalonkan diri sebagai presiden pada 2008--bersaing berat dengan Barack Obama yang kini menjadi pendukung terkuat Hillary. Meski kalah dalam pemilihan pendahuluan Partai Demokrat, Obama menunjuknya menjadi menteri luar negeri. Jabatan yang dipegangnya sampai 2013.
Advertisement
Selama masa kampanye, perempuan kelahiran Chicago, Illinois 26 Oktober 1947 itu mendapat tekanan terkait e-mail pribadi ketika ia menjabat menjadi Menlu AS.
Mantan senator New York periode 2001-2009 itu mendapat tekanan dari lawan-lawannya dari Partai Republik terkait skandal e-mail soal Benghazi, Lybia, dan surel pribadi selama ia menjabat jadi menlu.
Pada Jumat, 22 Mei 2015 waktu setempat, Kementerian Luar Negeri AS merilis bagian pertama e-mail Hillary Clinton, yang terdiri dari 296 surat elektronik--dari total 30 ribu--terkait serangan Benghazi.
Hillary menghapus secara permanen seluruh surat elektroniknya dari server pribadi yang digunakan untuk urusan dinas ketika menjabat sebagai Menlu pada 2009-2013.
Ibu dari Chelsea itu juga mendapat kritikan tajam dari kubu Republik terkait penanganan kementerian yang ia pimpin terhadap kasus penyerangan di Benghazi. Mantan ibu negara itu diduga menutup-nutupi apa yang sesungguhnya terjadi.
Kendati demikian, Hillary secara rendah hati dalam sebuah wawancara mengakui skandal e-mail adalah kesalahannya dan di depan pemirsa ABC News ia meminta maaf. Sebelumnya, Hillary pernah mengatakan kepada media bahwa ia tidak akan meminta maaf atas skandal e-mail pribadi ini. Ia berdalih "apa yang saya lakukan, diperbolehkan."