Liputan6.com, Jakarta Jujur saja, banyak di antara kita tertarik terjun ke dunia wirausaha setelah membaca kisah-kisah sukses para pebisnis. Namun dengan keterbatasan pengetahuan dan pengalaman dunia bisnis membuat kita mengajukan pertanyaan-pertanyaan klise berikut, “Bagaimana cara memulai usaha?”, “Ada info peluang usaha yang cocok untuk saya?”, “Tolong, dong bagi info peluang bisnis!”
Kemudian, pertanyaan-pertanyaan klise tersebut dilanjutkan dengan pertanyaan-pertanyaan, “Bagaimana contoh membuat rencana usaha?”, “Apa langkah-langkah membuat usaha baru?”, “Bagaimana cara menyusun rencana pengembangan usaha?”, dan masih banyak lagi pertanyaan serupa.
Advertisement
Namun sayang, kenyataannya banyak orang-orang yang hanya jago bertanya, membuat rencana, pakar dalam formulasi strategi, namun sangat lemah dalam eksekusi rencana. Ringkasnya, banyak yang sekedar omong doang alias omdo, nihil aksi!
Joseph Aditya, CEO Ralali.com, menyampaikan, “Saat memutuskan terjun ke dunia wirausaha, kita harus sadar bahwa dunia tersebut berbeda dengan dunia akademisi dan dunia karyawan secara umum.”
Aditya memberi contoh seorang manajer dengan tugas pokok antara lain membuat rencana tajam dan terstruktur. Kemudian saat eksekusi di lapangan, bisa jadi dia tidak terlibat secara langsung karena rencananya dikerjakan oleh orang-orang lapangan. Tak menutup kemungkinan juga saat si manajer diminta mengeksekusi sendiri rencananya, dia mengalami kesulitan melakukannya.
Kini, coba kita perhatikan secara riil di Indonesia. Berapa banyak para karyawan atau para manajer perusahaan mulai dari level perusahaan kecil hingga perusahaan besar, dan multinasional yang rajin berbicara mengenai cara membuat usaha. Tak sedikit dari mereka yang terhenti di ujung lidah saat diminta mengeksekusi.
Hal tersebut tentunya berhubungan dengan latar belakang keluarga, pergaulan, dan pendidikan. Dalam dunia pendidikan, penekanan pelajaran bisnis di sekolah ada pada pekerjaan konseptual, umumnya perencanaan dan bukan melakukan. Kalau mau mencari sekolah bisnis yang mendedikasikan sebagian silabusnya pada eksekusi dan implementasi bisnis tentu ada, namun jumlahnya tidak signifikan.
Akibatnya para alumni yang hanya jago membuat rencana berbasis konsep, mengetahui teori, namun takut salah, takut mengambil risiko. Padahal jalan menuju sukses selalu lekat dengan kesalahan berulang, pengambilan risiko, dan rasa frustasi.
Sebagai penutup, Aditya berujar, “Kalau memang kita benar-benar berniat masuk dunia wirausaha, kita harus menekankan aksi. Jangan kelamaan bikin rencana dan ide melulu. Mau ide sebagus apa pun, percuma kalau tidak ada eksekusi.”
Jadi, kalau kita ingin benar-benar membawa hidup kita ke arah yang lebih baik, berhentilah sekedar membicarakan ide dan mulailah mengeksekusi!