Gawat, 3 dari 1.000 Warga Yogya Jiwanya Terganggu

Sesuai data riset kesehatan dasar (Riskesdas) 2013, DIY menduduki nomor 2 secara nasional dengan kasus skizofrenia di bawah Aceh.

oleh Yanuar H diperbarui 27 Jul 2016, 20:31 WIB
(Fathi Mahmud/Liputan6.com)

Liputan6.com, Yogyakarta - Angka pengidap skizofrenia di Yogyakarta terbilang tinggi. Karena itu, penderita penyakit mental kronis yang terganggu gangguan proses berpikirnya ini menjadi perhatian Pemda DIY.

Kepala Dinas Kesehatan DIY Pembayun Setyaningastutie mengatakan sesuai data riset kesehatan dasar (Riskesdas) 2013, DIY menduduki nomor 2 secara nasional dengan kasus skizofrenia di bawah Aceh.

Sebanyak dua sampai tiga dari 1.000 orang di DIY menderita skizofrenia.

"DIY itu terpantau tinggi karena pendataannya lebih baik. Selanjutnya akan kita tindaklanjuti. Yaitu dengan kegiatan yang dilakukan bekerjasama dengan RS Grasia," kata Pembayun di Yogyakarta, Rabu (27/7/2016).

(Fathi Mahmud/Liputan6.com)


Pembayun mengatakan Pemda DIY berusaha dengan berbagai cara agar angka pengidap skizofrenia tidak tinggi. Salah satunya dengan sosialisasi, pendampingan, dan menggelar kegiatan keluarga serta masyarakat untuk menurunkan stigma negatif tentang skizofrenia.

"Gangguan jiwa bukan tidak bisa sembuh. Bisa disembuhkan, namun perlu kerjasama banyak pihak. Perlu adanya menghilangkan stigma negatif kepada pengidap Skizofrenia," ujar dia.

Dia pun mengaku sudah berusaha menghilangkan budaya pemasungan yang identik dilakukan terhadap pengidap skizofrenia. Di wilayahnya ada 90 kasus pemasungan. Namun sekitar 60 kasus sudah bisa dilepaskan yang kebanyakan ada di daerah Kulonprogo dan Gunungkidul.

"Masih sepertiganya. Kendalanya justru karena keluarga. Banyak keluarga yang tidak berkenan. Karena itu perlu edukasi kepada masyarakat. Pasung tidak diambil karena keluarga tidak siap," tutur Pembayun.

Dia menjelaskan, banyak faktor penyebab orang terkena skizofrenia. Biasanya karena memiliki masalah berat, namun tidak memiliki teman curhat sehingga menanggung masalah itu sendiri.

"Ini masalah mendasar ya, psikis ya. Karena tidak ada teman untuk becerita dalam penyelesaian masalah," ucap Pembayun.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya