Media Korut Puji Donald Trump Sebagai 'Politikus Bijaksana'

Sebelumnya Presiden Rusia Vladimir Putin menyebut Donald Trump sosok yang cerdas dan berbakat.

oleh Citra Dewi diperbarui 28 Jul 2016, 20:44 WIB
Calon presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump saat berkampanye di Mar-A-Lago Resort di Palm Beach, Florida (REUTERS/Joe Skipper)

Liputan6.com, Pyongyang - Minggu ini Konvensi Partai Demokrat Amerika Serikat tak hanya diramaikan oleh politikus, namun juga sejumlah artis Hollywood. Meryl Streep, Eva Longoria, dan Lena Dunham tampil di podium untuk mendukung Hillary Clinton.

Tak hanya Hillary, rivalnya dari Partai Republik, Donald Trump, juga mendapat dukungan dari beberapa tokoh terkenal -- yang bukan artis, tapi tenar gara-gara kontroversinya.

Desember lalu, Presiden Rusia Vladimir Putin, mengatakan bahwa Trump adalah sosok "cerdas dan berbakat" serta "pemimpin mutlak dari pemilihan presiden".

Selain Putin, negara yang dinilai misterius, Korea Utara, juga turut mendukung Trump.

Sebuah media di negeri yang dipimpin oleh Kim Jong-un itu memuji Calon Presiden AS sebagai sosok bijaksana dan merupakan pilihan tepat untuk Amerika. Demikian seperti dikutip dari News.com.au, Kamis (28/7/2016).

"Ternyata Trump bukan merupakan kandidat yang berbicara kasar, aneh, dan bodoh seperti yang mereka katakan, namun merupakan politikus bijaksana dan kandidat presiden yang dapat mengetahui masa depan," tulis seorang akademisi Korut yang tinggal China, Han Yong Mok.

Ia juga menggambarkan, Hillary sebagai "Hillary yang bodoh" atas usulannya untuk menerapkan sanksi luas yang menerapkan model Iran untuk menyelesaikan masalah senjata nuklir di semenanjung Korea.

Sementara itu Trump mengatakan kepada Reuters, ia siap berbicara dengan Kim Jong-un untuk menghentikan program nuklir Pyongyang, dan China harus membantu menyelesaikan masalah tersebut.

DPRK Today juga menyebut, bahwa saran Trump agar AS harus menarik tentaranya dari Korea Selatan sampai Seoul membayar lebih adalah cara untuk mencapai persatuan dua Korea.

Korea Utara telah bertahun-tahun menyerukan penarikan pasukan AS dari Korea Selatan sebagai langkah awal menuju perdamaian semenanjung Korea dan menuntut Washington menandatangani perjanjian damai untuk mengganti gencatan senjata yang mengakhiri Perang Korea pada 1950-1953.

Pada hari Rabu, Trump muncul dan meminta badan intelijen Rusia untuk menemukan dan mengungkap 30 ribu e-mail yang dihapus Hillary Clinton.

Jelas hal itu langsung mendapat teguran dari Barack Obama. "Ia mendekati Putin, memuja Saddam Hussein, dan mengatakan pada sekutu di NATO -- yang selalu ada di sisi kita setelah 9/11 -- bahwa mereka harus membayar jika mereka ingin mendapatkan perlindungan," ujar Obama.

Tampaknya pujian dari Korea Utara tak akan mengurangi kritik terhadap Donald Trump.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya