Liputan6.com, Yogyakarta - Fenomena tingginya angka bunuh diri di Gunungkidul, Yogyakarta masih belum bisa diatasi. Hingga Juli 2016 ini saja ada 22 warga Gunungkidul yang nekat mengakhiri hidupnya dengan cara gantung diri.
Jumlah ini sudah mendekati angka kasus bunuh diri pada 2015, yaitu 31 kasus.
"Sejak saya menjabat (3 bulan) sudah ada delapan kali kasus bunuh diri," kata Kapolres Gunungkidul AKBP Nugraha Trihadi saat dihubungi pada Kamis, 28 Juli 2016.
Kondisi ini membuat Trihadi khawatir. Jajarannya sudah meminta Bhayangkara Pembina Keamanan dan Ketertiban Masyarakat (Bhabinkamtibmas) yang tersebar di 144 desa untuk memetakan lokasi selama satu bulan ke depan.
Selain untuk melihat karakteristik dan kondisi di wilayah tugas polisi, juga untuk kepentingan koordinasi dengan kepala desa dan Bintara Pembina Desa (Babinsa).
"Saya kira waktu satu bulan sudah cukup untuk pemetaan," tutur dia.
Baca Juga
Advertisement
Warga setempat percaya dengan mitos pulung gantung. Pulung gantung berwujud sebuah cahaya misterius berwarna merah dari atas langit dan jatuh ke sebuah rumah. Dari rumah yang kejatuhan pulung gantung itu, dipercaya akan ada salah satu penghuninya yang mengakhiri hidup dengan bunuh diri.
Nugrah menjelaskan, terlepas dari kepercayaan pulung gantung, ada faktor lain penyebab tingginya angka bunuh diri. Di antaranya faktor ekonomi, kesehatan atau karena depresi.
"Kami gandeng tokoh agama untuk bersama-sama menekan banyaknya bunuh diri. Ini penting," ujar dia.
Sementara itu, psikiater Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Wonosari Ida Rochmawati menjelaskan, faktor penyebab bunuh diri sebagian besar karena depresi. Depresi ini dapat membuat seseorang menjadi murung, mudah lelah, dan hilang minat.
Pada tingkat depresi berat maka seseorang akan muncul ide dan niat untuk bunuh diri.
"Suka tidak suka, mereka hidup berdampingan dengan kita. Jadi, akan lebih baik memberikan pertolongan, karena dengan mengucilkan mereka membuat kondisi penderita jadi semakin parah," ucap Ida.