NASA Akan Luncurkan Satelit Baru untuk Temukan 'Kembaran' Bumi

TESS rencananya akan diluncurkan pada 2017-2018 untuk mengamati bintang terang di sekitar Bima Sakti.

oleh Citra Dewi diperbarui 29 Jul 2016, 15:56 WIB
Transiting Exoplanet Survey Satellite (TESS) (NASA)

Liputan6.com, Washington DC - Dalam mencari kehidupan di planet lain, Transiting Exoplanet Survey Satellite (TESS) milik NASA akan diluncurkan pada 2017-2018 untuk mewujudkan tujuan tersebut.

TESS akan mengidentifikasi planet yang mengorbit bintang-bintang paling terang di luar tata surya kita dengan menggunakan metode transit.

Ketika sebuah planet melintas atau transit di bintang induknya, maka ia akan menghalangi sebagian cahayanya. TESS mencari area gelap tersebut yang dapat mengungkap keberadaan planet dan memberi informasi tambahan.

Satelit itu akan dapat mempelajari ukuran planet dan mengamati berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan sekali orbitnya. Dua informasi tersebut sangat penting untuk memahami apakah sebuah planet mendukung adanya kehidupan.

Dikutip dari NASA, Jumat (29/7/2016), seluruh planet yang terdeteksi akan diamati oleh tim TESS di Bumi dan angkasa luar, serta Teleskop James Webb milik NASA yang akan diluncurkan pada 2018.

Ilustrasi salah satu exoplanet, Tau Ceti e (PHL @UPL Arecibo).

Dibandingkan dengan misi Kepler yang mencari exoplanet--planet yang mengorbit di luar tata surya kita-- dengan jarak ribuan hingga puluh ribu tahun cahaya dari Bumi menuju konstelasi Cygunus, TESS akan mencari exoplanet berjarak ratusan tahun cahaya atau kurang di semua arah di sekitar tata surya kita.

Satelit itu akan meneliti angkasa luar dengan membaginya ke dalam 26 segmen berbeda yang disebut tiles. Kamera berkekuatan besar akan mengamati tiles tersebut selama 27 hari dengan mengukur cahaya dari target paling terang selama dua menit.

TESS akan mengamati bintang yang memiliki kecerahan 12 magnitudo atau lebih, beberapa di antaranya dapat dilihat dengan mata telanjang. Sebagai catatan, semakin tinggi angka magnitudo, maka bintang akan terlihat lebih redup.

"Di antara bintang yang akan diamati TESS, bintang kecil nan terang dinilai ideal untuk diamati," ujar Ketua Bersama TESS Target Selection Working Group, Joshua Pepper.

Menurutnya, dengan berfokus pada bintang lebih kecil maka kemungkinan ditemukannya planet yang berukuran mirip Bumi akan lebih mudah ditemukan.

Ilmuwan memperkirakan, TESS akan mengamati setidaknya 200 ribu bintang selama menjalankan misi 2 tahun dan diyakini akan menemukan ribuan exoplanet baru.


Harapan Penemuan Obyek Angkasa Luar Lain

Ketika pencarian exoplanet yang sedang transit di bintang induknya merupakan tujuan dari misi TESS, satelit itu juga akan melakukan pengamatan obyek astrofisika lain melalui Guest Investigator (GI) Program. Karena TESS melakukan mengamatan dengan jarak tak terlalu jauh, ia memiliki kemampuan untuk melakukan studi menarik ke sejumlah target astronomi berbeda.

"Tujuan GI Program adalah untuk memaksimalkan jumlah ilmu pengetahuan yang dapat diperoleh TESS," ujar Direktur Guest Investigator Program Office di Goddard Space Flight Center NASA, Padi Boyd.

"Walaupun TESS dirancang untuk dapat mendeteksi planet yang transit di depan bintang, karakteristik misi unik itu memiliki potensi ilmu yang dapat mencakup lebih dari sekedar exoplanet," imbuhnya.

Ilustrasi Black Hole (Foto: NASA).

Menurut Boyd, TESS yang memiliki GI Program juga dapat mendeteksi bintang muda berpijar, bintang biner, supernova di galaksi terdekat, bahkan black holes raksasa di galaksi berjarak jauh.

"Kami harap komunitas ilmuwan yang lebih luas akan datang dengan membawa banyak ide-ide ilmiah unik untuk TESS, dan kami berharap mendorong partisipasi luas dari masyarakat," kata Boyd.

Dengan potensi mengembangkan pengetahuan kita mengenai alam semesta untuk beberapa tahun ke depan, peneliti bersemangat tentang penemuan potensial yang dibawa TESS.

"Hal keren tentang TESS adalah dalam suatu hari, ketika aku sedang berpergian dengan putriku dan menunjuk sebuah bintang, aku dapat berkata,'ada planet di sekitar bintang itu;," ujar Ilmuwan TESS, Stephen Rinehart.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya