CEO Bergaji Tinggi Tak Jamin Kinerja Gemilang

Laporan dari MSCI menjelaskan semakin tingginya gaji seorang CEO suatu perusahaan tak menjamin kinerja CEO.

oleh Liputan6 diperbarui 04 Agu 2016, 07:01 WIB
Laporan dari MSCI menjelaskan semakin tingginya gaji seorang CEO suatu perusahaan memperburuk kinerja dari CEO tersebut.

Liputan6.com, Jakarta - Laporan dari Morgan Stanley Capital Indonesia (MSCI) menjelaskan semakin tinggi gaji seorang CEO (Chief Executive Officer) suatu perusahaan justru memperburuk kinerja dari CEO tersebut.

Laporan ini juga mengungkapkan Presiden Direktur atau CEO yang dibayar lebih rendah menunjukkan kinerja yang lebih baik dibandingkan mereka yang dibayar tinggi.

Mengutip dari CNN Money, Alanna Pettrof, seorang jurnalis ekonomi, mempelajari dan mengamati 429 perusahaan besar di Amerika Serikat selama lebih dari 10 tahun. Pengamatan ini memberikan hasil tingginya gaji CEO tidak berpengaruh terhadap perkembangan kinerja saham jangka panjang.

Laporan dari MSCI juga menyatakan dalam satu dekade para pemegang saham akan memperoleh nilai saham 39 persen lebih tinggi jika perusahaan tersebut dipimpin oleh CEO dengan penghasilan rendah. Perbandingan ini dilakukan antara CEO berpenghasilan tinggi dengan CEO berpenghasilan rendah.

Faktanya, tren ini tidak hanya terjadi pada satu sektor saja, tetapi terjadi di berbagai sektor industri. CEO dengan penghasilan tinggi secara jelas menunjukkan kurangnya performa dan kinerja mereka di perusahaan dibandingkan CEO yang berpenghasilan di bawah rata-rata.

Hal ini tentunya menjadi dilema tersendiri, karena seorang CEO menerima keuntungan besar berkat insentif saham. Alih-alih mereka semakin meningkatkan kinerja mereka, CEO justru mengecewakan para pemegang saham dengan penurunan nilai saham. Fakta dari laporan MSCI menjelaskan 70 persen gaji CEO berasal dari penjualan saham insentif.

MSCI menyarankan, perusahaan tidak hanya melaporkan penghasilan tahunan CEO mereka saja, tetapi turut melaporkan pengalaman CEO mereka.

"Kami percaya minimnya publikasi akan hal ini disebabkan perusahaan ingin menaikkan nilai saham pada periode jangka pendek, sayangnya hal tersebut justru mengorbankan keuntungan jangka panjang," kata Alanna Pettrof.

Saran dari Alanna Pettrof mungkin tepat, mengingat topik yang sedang hangat dibicarakan yaitu perusahaan Yahoo dijual ke Verizon dengan nilai penjualan US$ 4,8 miliar atau setara dengan Rp 62,95 triliun (Kurs RP 13.116 per dolar).

Presiden Direktur Yahoo, Marissa Mayer dianggap gagal untuk mengembangkan perusahaan legendaris di dunia teknologi ini. Sesuai dengan laporan, kinerja Marissa Mayer memang menurun, dan gaji CEO ini cukup besar mencapai US$ 219 juta (Rp 2,87 triliun) diraihnya selama 4 tahun berkarya di Yahoo. Wanita ini pun sering dijuluki dengan "Golden Parachute". (Aldo Lim/Ahm)

Tag Terkait

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya