Liputan6.com, Jakarta Penelitian bertahun-tahun membuktikan jika stres bisa mempengaruhi kesehatan. Tapi studi menunjukkan, stres sehari-hari yang bersifat kronis pada wanita memiliki dampak yang lebih buruk daripada stres yang ditimbulkan dari peristiwa besar seperti perceraian atau kehilangan pekerjaan.
Melansir laman Nytimes, Minggu (31/7/2016), para peneliti di Fox Chase Cancer Center di Philadelphia mempelajari bagaimana stres memengaruhi kemampuan tubuh melawan human papillomavirus atau HPV.
Advertisement
HPV merupakan virus yang menular melalui hubungan seksual. Jika infeksi lainnya akan menghilang seiring berjalannya waktu, subtipe umum HPV seringkali bisa berubah menjadi kanker serviks.
"Infeksi HPV saja tidak cukup untuk menyebabkan kanker serviks," jelas penulis utama penelitian, Carolyn Y. Fang. "Respons imun yang efektif terhadap HPV bisa berujung pada pembersihan dan pemecahan viral infeksi HPV. Tapi beberapa wanita kurang bisa meningkatkan respons imun yang efektif terhadap HPV," lanjutnya.
Dalam studi yang dipublikasikan dalam Annals of Behavioral Medicine ini, Dr Fang dan rekan-rekannya memnita 74 wanita dengan lesi prakanker serviks untuk mengisi kuesioner tentang stres yang mereka rasakan dalam bulan terakhir serta kemungkinan pengalaman hidup yang berat seperti perceraian, kematian anggota keluarga, atau kehilangan pekerjaan.
Tidak ada ketarkaitan signifikan yang ditemukan pada wanita yang dilaporkan mengalami stres berat. Tapi wanita yang sehari-harinya mengalami stres cenderung respons imun yang rendah terhadap HPV.
"Artinya wanita yang lebih sering stres bisa jadi lebih berisiko mengembangkan kanker serviks karena sistem imun mereka tidak bisa memerangi virus utama penyebab kanker serviks," ujar Dr Fang.