Liputan6.com, Jakarta Angka kematian pasien kanker kepala leher termasuk tinggi di dunia juga di Indonesia. Salah satu penyebabnya karena para penderita datang ke pihak medis ketika sudah stadium lanjut.
Berdasarkan data Globocan WHO pada 2012, insiden kejadian keganasan yang tumbuh di organ di bagian kepala dan leher ini terjadi pada 10 persen dari 100.000 orang. Sementara tingkat kematian mencapai tujuh persen. Ini menandakan hanya tiga persen yang selamat.
Advertisement
Sementara itu di Indonesia, berdasarkan data 2012 ada 15 persen dari 100.000 pria yang terkena kanker kepala leher. Lalu, kematian mencapai 13 persen.
"Banyak kasus pasien kanker kepala leher datang dalam stadium lanjut. Hal ini tidak hanya terjadi di negara berkembang seperti di Indonesia, tapi juga di negara maju memacu pada data Memorial Sloan Kettering Cancer Center di New York," kata dokter Marlinda Adham, SpTHT-KL(K) di Kantor Kemenkes RI Jakarta pada Jumat (29/7/2016).
Dalam peringatan Hari Kepala Leher Sedunia 2016 itu, dokter Marlinda mengungkapkan ada beberapa hal yang menjadi masalah dalam mengobati kanker kepala dan leher yaitu:
1. Gejala awal yang sulit dikenali
"Pada kepala leher terdapat organ maupun struktur yang begitu rumit, sehingga menyebabkan gejala awal sulit dikenali. Seringkali gejala awal mirip dengan infeksi saluran pernapasan atas (ISPA)," kata dokter Marlinda.
Lalu bisa juga ada ketidaksadaran dari pasien maupun dokter dalam mengenali gejala kanker kepala leher. "Bisa dokter yang nggak aware, bisa juga pasien yang enggak aware," tuturnya.
2. Pengobatan tertunda
"Penundaan pengobatan bisa dari pasien maupun dari dokter. Misalnya pasien sudah merasakan gejala namun saat diperiksakan ternyata dokter belum mampu mengenali gejalanya. Tapi bisa juga pasien terlalu lama memeriksakan diri ke dokter," katanya.
3. Jarak pengobatan jauh dari rumah
Tidak semua wilayah bisa mudah mencapai tempat medis, terlebih Indonesia terdiri dari belasan ribu pulau.
4. Pengobatan alternatif
Ada banyak pengobatan alternatif yang ditawarkan pada pasien kanker yang sebagian besar mengungkapkan terbaik. "Tetapi yang terbaik itu yang standar pengobatan sudah terbukti benar berdasarkan ilmu kedokteran," tegas dokter Marlinda.
5. Jarang datang kontrol
Sesudah periksa kemudian diobati dan merasakan lebih baik, tak sedikit pasien yang tidak kembali kontrol.
6. Asuransi
"Meskipun kini sudah ada (JKN) BPJS Kesehatan tapi untuk mengikuti alur BPJS sungguhlah rumit," kata dokter Marlinda.
Namun bukan berarti Anda tidak bisa mencegah penyakit kanker kepala leher. Dengan mengubah gaya hidup menjadi lebih sehat berperan menurunkan angka kanker hingga 43 persen. Sehingga ada baiknya lakukan CERDIK dalam kehidupan sehari-hari yakni Cek kesehatan secara rutin, Enyahkan asap rokok, Rajin aktivitas fisik, Diet seimbang, Istirahat cukup, dan Kelola stres.