Liputan6.com, Jakarta - Tahun demi tahun berbagai macam spekulasi tentang waktu terjadinya kiamat terus bermunculan, tak terkecuali pada 2016 ini. Sebuah kelompok bernama End Times Propechies mengungkapkan bahwa Jumat (29/7/2016), merupakan akhir dari dunia.
End Times Propechies menjelaskan penyebab kiamat 29 Juli dengan mengunggah video berdurasi 17 menit berjudul “Why The World Will End Surely On 29 July 2016".
Advertisement
Menurutnya, Bumi akan mengalami fenomena geomagnetik di mana Kutub Utara perlahan-lahan bergerak ke kutub magnetik utara yang disebabkan pergeseran besi cair di inti Bumi.
Namun Jumat 29 Juli pun berlalu dan hingga detik ini kehidupan masih terus berjalan. Ini menunjukkan ramalan kiamat 29 Juli 2016 tak terbukti kebenarannya.
Bukan kali ini saja End Times Prophecies mengeluarkan isu datangnya kiamat.
Sebelumnya beredar kabar bahwa Bumi akan dihantam asteroid pada 6 Mei. Selain itu kelompok itu juga menyebut, Barack Obama akan mengungkap bahwa ia seorang Anti-Kristus pada Juni -- namun semuanya tak terbukti.
Terkait dengan kiamat 29 Juli yang diklaim disebabkan oleh pergeseran kutub Bumi, NASA telah menyangkalnya dengan memberi penjelasan secara ilmiah.
Pergeseran kutub Bumi merupakan fenomena geomagnetik di mana Kutub Utara perlahan-lahan bergerak ke kutub magnetik utara yang disebabkan pergeseran besi cair di inti Bumi. Ilmuwan membuktikan bahwa Bumi telah mengalami perputaran geomagnetik secara penuh setiap 780 ribu tahun.
Alih-alih bergeser secara mendadak, kutub magnetik akan bergerak perlahan di muka Bumi selama ribuan tahun. Sejak pertama kali ilmuwan mulai mencatat pergerakannya, kutub telah bergeser sejauh 965 kilometer.
Pergerakan kutub magnetik utara telah meningkat pada abad ke-20 dan saat ini telah bergeser sekitar 64,3 kilometer per tahun.
NASA memperhatikan bahwa pergerakan itu akan bertambah cepat antara 14 Juli hingga 19 Agustus. Tampaknya hal itu menjadi dasar ilmiah yang dijadikan kelompok 'peramal' itu atas klaim kiamat.
Badan antariksa Amerika Serikat tersebut mengonfirmasi, pergeseran kutub geomagnetik memang sedang berlangsung. Namun mereka mengatakan, kita tak perlu panik karena penduduk Bumi sulit untuk melihatnya.
"Kondisi yang menyebabkan berbaliknya kutub tak sepenuhnya dapat diprediksi. Tak ada catatan geologi yang menunjukkan bahwa skenario kiamat yang berhubungan dengan berbaliknya kutub harus ditanggapi dengan serius," ujar NASA.