Liputan6.com, Essex - Sebuah badan penguji bersikeras mempertahankan keputusannya untuk mendiskualifikasi seorang siswa berpredikat sangat baik, dalam tiga perempat bagian tes sosiologi-nya. Mereka mengganggap pelakunya melanggar aturan dengan mencontek, namun langkah itu membuat si terhukum kesal karena merasa tak adil dengan sanksi tersebut.
Adalah Fabienne Ruttledge, siswi berusia 18 tahun yang mengalami kejadian itu. Awalnya ia dikirimkan tiga dari empat pertanyaan di sebuah grup WhatsApp pada pagi hari tes berlangsung, namun hanya dirinya yang terkena sanksi meski banyak murid terdaftar dalam kelompok chatting tersebut.
Advertisement
"Aku merasa dikorbankan dengan tidak adil, karena orang-orang lain di grup tersebut tidak mendapat hukuman," ucap Ruttledge seperti dikutip dari BBC, Minggu (31/7/2016).
Menanggapi protes Ruttledge, Badan penguji AQA (Assessment and Qualifications Alliance) pun mengatakan bahwa mereka akan mendiskualifikasi yang lain jika ada ‘bukti jelas’ terhadap yang lainnya.
Namun perempuan dari Essex itu tetap pada pendiriannya, sebab dia merasa tak melakukan sesuatu yang salah. Ia pun khawatir jika hal ini akan mempengaruhi kesempatan kerja dan pilihan universitas di masa mendatang.
"Di hari tes berlangsung seseorang memuat pertanyaan-pertanyaan itu di grup. Saya menghiraukannya, saya pikir itu dibuat untuk membuat enggan orang-orang, seperti sebuah sabotase," bebernya.
Pertanyaan-pertanyaan itu diduga kuat muncul dari seorang siswa yang mengerjakan tes terlebih dahulu akibat jadwal yang bentrok.
Melalui situsnya, AQA mengimbau "jika kamu sadar telah terjadi kecurangan di sebuah tes kamu seharusnya melaporkannya ke guru". Namun Ruttledge tidak melakukannya, atas dasar itulah ia dijatuhi sanksi.
"Tak seorangpun yang mengikuti tes kami mendapatkan keuntungan tak adil, sehingga kami akan secermat mungkin menyelidiki tuduhan kecurangan, dan hanya akan mengambil tindakan jika ada bukti nyata terhadap individu tertentu,” jelas dia.
"Saran kami kepada setiap siswa yang menerima detil-detil bocoran sebuah tes untuk melaporkannya ke guru sesegera mungkin.”
Ruttledge mengaku ia tidak mendapat keuntungan karena tak menganggap pesan itu dengan serius. Bahkan tak mempengaruhi waktu revisi akhirnya.
"Aku tidak curang. Aku tak meminta orang itu untuk pertanyaan-pertanyaan yang ada di grup. Aku ada di grup hanya untuk tujuan revisi tugas," tegas dia.
"Bukan salahku ada di situ, di tempat itu yang salah, “pinta dia kepada AQA agar mengganti keputusan mereka.
"Kami semua memiliki pesan yang sama, yang dikirimkan ke ponsel kami, namun AQA hanya memberi penalty empat dari 40 orang," klaim Ruttledge.
Sementara AQA menyebut yang lainnya juga ikut dihukum, dan si cantik Ruttledge berhak mengulang tes tersebut.