Liputan6.com, Jakarta - Pasar modal Indonesia diperkirakan masih positif hingga akhir tahun 2016. Hal itu didukung dari kondisi ekonomi Indonesia baik sehingga mendorong aliran dana investor asing masuk ke Indonesia.
Ekonom PT Samuel Sekuritas Rangga Cipta menuturkan kini likuiditas di global banyak apalagi suku bunga cenderung rendah. Investor pun mencari tempat investasi yang menawarkan pertumbuhan lebih tinggi. Salah satunya Indonesia.
Ia memperkirakan, pertumbuhan ekonomi Indonesia akan mencapai 5,1 persen pada 2016. Angka ini didorong dari realisasi belanja pemerintah lebih besar pada tahun ini. Selain itu, investasi dan harga komoditas juga relatif lebih baik.
Sedangkan Kepala Riset PT NH Korindo Securities Reza Priyambada mengatakan, pertumbuhan ekonomi dapat mencapai 5,1 persen-5,5 persen. Reza melihat upaya pemerintah memulihkan ekonomi dengan berbagai upaya yaitu meningkatkan investasi mendukung pertumbuhan ekonomi. Bahkan asumsi pertumbuhan itu belum memasukkan dampak tax amnesty atau pengampunan pajak.
Selain itu, Ekonom PT Mandiri Sekuritas Leo Putera Rinaly juga memperkirakan inflasi akan terkendali pada 2016. Diperkirakan inflasi sekitar 4,5 persen. Hal itu dengan catatan pemerintah menaikkan tarif listrik secara bertahap.
"Isunya tarif listrik ditunda (naik). Kalau di luar asumsi itu inflasi bisa di bawah 5 persen. Sekitar 3,7 persen-3,9 persen. Risiko di administere price bukan food. Tapi administere price pemerintah tiba-tiba menaikkan harga listrik dan premium," kata dia, Minggu (31/7/2016).
Baca Juga
Advertisement
Sedangkan Rangga memprediksi, inflasi berada di kisaran 4,8 persen. Harga komoditas terutama minyak naik berkontribusi ke inflasi. "Target pemerintah terlalu tinggi untuk penerimaan pajak. Jika pada akhirnya defisit melebar pemilihan pemerintah kurangi spending maka salah satu pos yang dikurangi yaitu subsidi. Ini berdampak ke inflasi," kata dia.
Dengan melihat kondisi itu, Rangga memperkirakan IHSG akan berada di kisaran 5.500-6.000 pada 2016. Sedangkan Reza memperkirakan, IHSG akan berada di kisaran 5.350.
"Target IHSG itu ada suntikan tax amnesty. Apakah target IHSG itu dapat tercapai tergantung dari komitmen pemerintah menjaga pertumbuhan ekonomi, inflasi dan rupiah. Realisasi hasil reshuffle kabinet. Publik ingin tahu apa yang dikerjakan pemerintah dari hasil reshuffle. Kemudian apakah Sri Mulyani mampu tekan defisit anggaran jadi lebih rendah. Level IHSG diuji 5.350 ditentukan sentimen itu," kata dia.
Leo menambahkan, saat investor juga ingin mengetahui bagaimana pemerintah dapat mengelola anggaran dengan baik di semester II. Apalagi risiko fiskal juga masih menjadi perhatian. Namun, ia menuturkan, ada persepsi pasar kalau reshuffle kabinet yang dilakukan dapat membuat langkah pemerintah mengatur anggaran lebih baik lagi ke depan.
"Isu menjadi perhatian investor yaitu mengenai tax amnesty dan revisi anggaran. UU Tax Amnesty telah ditetapkan dan berdampak positif. Ada risiko fiskal masih tinggi. Shortfall revenue government cut anything ada persepsi itu investasi sulit masuk. Ada perubahan kabinet adjustment budget defisit dan kas, persepsi investasi itu akan lebih positif." ujar dia.