Liputan6.com, Jakarta - Terpidana mati Freddy Budiman sudah dieksekusi mati di Lapas Nusakambangan, Cilacap, Jawa Tengah. Tapi pengakuannya pada Ketua Kontras Haris Azhar masih mengundang tanya.
Curahan hati Freddy Budiman diawali dengan pengakuan risiko bisnis haram hingga kekecewaan pada penegakan hukum. Freddy juga membeberkan soal impor narkoba dari China yang kerap mendapat titipan harga jual.
Advertisement
Dari sejumlah oknum di Tanah Air, kepada Haris Azhar, seperti ditayangkan Liputan 6 Pagi SCTV, Senin (1/8/2017), Freddy juga mengaku memberi uang hingga Rp 450 miliar pada BNN dan Rp 90 miliar pada pejabat di Mabes Polri.
Bahkan terpidana mati itu menceritakan perjalanan dari Medan ke Jakarta membawa narkoba bersama seorang Jenderal TNI Bintang Dua.
Kepolisian yang diwakili oleh Kelapa Divisi Humas Mabes Polri Irjen Boy Rafli Amar sudah menemui Ketua Kontras untuk mendalami informasi tersebut. Boy menilai info tersebut masih belum jelas kebenarannya.
"Kita akan menilai sumber informasi itu datangnya dari mana, kondisi kejiwaannya Freddy seperti apa. Apakah ada motif tertentu dari Freddy. Semua orang yang bersalah biasanya berusaha untuk bisa lepas," ungkap Boy Rafli.