Liputan6.com, Jakarta - Langkah Bank Indonesia (BI) mengubah suku bunga acuan BI dari BI Rate menjadi 7 day reverse repo rate dinilai jadi langkah baik untuk membantu menurunkan suku bunga terutama kredit. Perubahan suku bunga acuan jadi 7 day reverse repo rate itu mulai berlaku pada 19 Agustus ini.
Ekonom PT Mandiri Sekuritas Leo Putera Rinaldy melihat ada perubahan suku bunga acuan menjadi 7 day reverse repo rate itu akan membantu percepat penurunan suku bunga terutama kredit.
Ia memandang penurunan suku bunga sudah terjadi. Ini terlihat dari imbal hasil surat utang negara (SUN) yang cenderung turun. Leo menuturkan, selain BI Rate turun, ada aliran dana investor asing ke SUN juga menurunkan imbal hasil SUN.
"Menurut saya tren penurunan suku bunga sudah terjadi. Ditunggu penurunan suku bunga kredit. 7 days reverse repo rate akan membuat tranmisi jadi lebih cepat," ujar dia.
Pelaku pasar sudah menyesuaikan dengan ada perubahan suku bunga acuan tersebut. Hal lyang akan mempengaruhi, menurut Leo apabila BI menurunkan 7 day reverse repo rate itu.
Baca Juga
Advertisement
"Misalnya ada perubahan (BI rate) ke 7 day reverse repo rate market tidak akan kaget. Kalau ingat tiba-tiba 7 day reverse rate itu diturunkan, dan BI seharusnya lebih akomodatif. Kalau turun impact-nya akan positif," kata dia.
Seperti diketahui, saat ini 7 day reverse rate repo berada di kisaran 5,25 persen.
Hal senada dikatakan Ekonom PT Samuel Sekuritas Rangga Cipta. Ia menuturkan, ada perubahan suku bunga acuan itu dapat meningkatkan harapan pasar. Selain itu mampu menurunkan suku bunga. "Di market sudah faktorkan suku bunga rendah. Ada pergantian ini (suku bunga acuan) akan jadi lebih positif," kata dia.
Hal lain jadi perhatian, menurut Rangga bila ada aliran dana investor asing besar mengingat likuiditas global berlimpah maka pasar akan melihat langkah BI selanjutnya.
"Kalau menurut saya 7 days reverse repo rate ini hanya seperti minum obat saat sakit. Perbaiki keadaan. Sejarahnya divergence BI dan facility rate, terjadi ada inflow besar. Kalau nanti ada lagi dengan situasi Brexit dan euro zona bubar, likuiditas global akan berlimpah ada inflow apa jurus dari BI untuk jaga kredibilitas policy rate," jelas dia. (Ahm/Gdn)