Demi Brasil, Hacker Ini Retas Akun Twitter CEO Niantic Labs

Kelompok peretas OurMine meretas akun Twitter John Hanke pada Minggu (31/7/2016) kemarin.

oleh Corry Anestia diperbarui 01 Agu 2016, 12:51 WIB
Membutuhkan 20 tahun bagi John Hanke untuk menciptakan sebuah game fenomenal tahun ini, Pokemon Go. | via: nextbigwhat.com

Liputan6.com, Jakarta - Kelompok hacker yang menamakan dirinya OurMine kembali berulah. Kali ini, CEO Niantic Labs selaku pengembang Pokemon Go menjadi sasarannya. 

Usai melumpuhkan server Pokemon Go lewat serangan Distributed Denial of Service (DDoS) beberapa waktu lalu, OurMine meretas akun Twitter John Hanke pada Minggu (31/7/2016) kemarin. 

Dilaporkan CNET, Senin (1/8/2016), di awal peretas menyebutkan cuitan (tweet) ini didekasikan untuk Brasil karena gim Pokemon Go belum juga dirilis di Negeri Samba tersebut.

Doc: Michelle Star/CNET

Peretas kemudian mencuit "His password was too easy "nopass"" atau "Kata sandinya terlalu mudah "takadakatasandi"", yang disertai tautan penjelasan di Quora mengacu ke cuitan tersebut. Namun, tautan tersebut telah dihapus. 

Diketahui, OurMine merupakan perusahaan yang diklaim menyerang sistem keamanan akun media sosial. Jadi kemungkinan, peretasan ini semacam kegiatan pemasaran untuk mendorong pengguna meningkatkan keamanan akunnya. 

Hal itu justru menuai reaksi, termasuk masyarakat Brasil yang berpikir bahwa peretasan adalah cara yang buruk untuk menyadarkan pengguna, termasuk mereka yang menolak memperbarui gimnya.

Belum diketahui bagaimana OurMine mendapat akses kata sandi Hanke. Pihak Niantic Labs sendiri belum menanggapi kabar peretasan ini. 

Sebelumnya, server Pokemon Go dikabarkan akan offline pada hari ini, Senin (1/9/2016). Lumpuhnya server gim tersebut disinyalir akibat ulah kelompok hacker "PoodleCorp".

Seperti dikutip dari TechTimes beberapa waktu lalu, PoodleCrop telah memberikan peringatan terbuka lewat akun Twitter-nya, @PoodleCorp, untuk membuat server Niantic offline.




PoodleCorp akan melumpuhkan server selama lebih dari 20 jam, dengan menggunakan botnet yang terdiri dari 600 ribu perangkat, sehingga membuat aktivitas server Niantic "sesak".

(Cas/Ysl)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya