Liputan6.com, Jakarta - Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan inflasi Juli 2016 tercatat 0,69 persen dengan inflasi secara tahunan 3,49 persen. Penyumbang inflasi paling besar dari bahan makanan dan kenaikan tarif angkutan saat musim libur Lebaran.
Kepala BPS Suryamin saat konferensi pers Inflasi Juli mengungkapkan, inflasi Juli 2016 yang sebesar 0,69 persen terendah sejak 5 tahun terakhir. Dari 82 kota Indeks Harga Konsumen (IHK), 78 kota mengalami inflasi dan 4 kota deflasi. Inflasi tertinggi di Tanjung Pandan 2,34 persen dan terendah di Gorontalo 0,06 persen, sementara deflasi terjadi di Jayapura 1,1 persen
Advertisement
"Inflasi 0,69 persen di Juli 2016 dibanding 5 tahun terakhir, ini yang paling rendah. Juli 2012, tercatat inflasi 0,7 persen, lalu 3,29 persen di Juli 2013, sebesar 0,93 persen di Juli 2014, dan 0,93 persen di Juli tahun lalu," terang Suryamin di kantornya, Jakarta, Senin (1/8/2016).
Inflasi Juli 0,69 persen, kata Suryamin, disumbang dari transpor, komunikasi, dan jasa keuangan 1,22 persen. Kemudian disusul bahan makanan 1,12 persen, sandang dengan kontribusi inflasi 0,44 persen; makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau 0,54 persen; pendidikan, rekreasi, dan olahraga 0,51 persen; kesehatan 0,37 persen, serta perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakat 0,24 persen.
Adapun penyebab inflasi di Juli 2016, antara lain:
1. Tarif angkutan udara, perubahan harga 11,02 persen, andil terhadap inflasi 0,11 persen karena permintaan jasa angkutan udara meningkat. Kenaikan harga tertinggi di Semarang 53 persen dan Bandar Lampung 47 persen
2. Tarif angkutan dengan perubahan harga 10,53 persen, 0,08 persen. Karena kenaikan tarif angkutan antar kota dan kejadian brexit. Sebanyak 47 kota IHK mengalami kenaikan, tertinggi di Madiun 30-34 persen, Semarang 30 persen.
3. Bawang merah perubahan hargaa 9,44 persen, andil 0,06 persen karena pasokan terbatas dan permintaan cukup tinggi karena menghadapi hari raya. Tertinggi di Pare-pare dan Tanjung Pandan
4. Daging ayam ras perubahan harga 3,53 persen, andil inflsi 0,05 persen, karena naiknya permintaan. Terjadi kenaikan di 66 kota IHK, tertinggi di Tanjung Pandan dan Sibolga masing -masing 17 persen
5. Kentang dengan perubahan harga 14,8 persen, andil 0,04 persen karena pasokan tidak mencukupi dan permintaan yang sangat tinggi. Kenaikan harga tertinggi di Bogor 51 persen dan Bukit Tinggi 42 persen
6. Tarif listrik perubahan harga 1,12 persen, andil inflasi 0,04 persen karena kenaikan tarif listrik Rp 8 per Kwh per 1 Juni 2015 di prabayar dan paskabayar untuk pelanggan 1.300 Va. Sebanyak 80 kota IHK mengalami kenaikan tarif, sedangkan 2 kota di Tarakan dan Batam tidak alami kenaikan
7. Ikan segar perubahan harga 1,31 persen, andil inflasi 0,03 persen. Karena pasokan tidak sesuai
8. Beras perubahan harga 0,5 persen, andil 0,02 persen karena panen raya menurun. Terjadi kenaikan di 44 kota IHK, tertinggi di Pare-pare 6 persen
9. Cabai merah dengan perubahan harga 3,76 persen, andil inflasi 0,02 persen karena cuaca hujan sehingga berdampak ke produksi. Kenaikan harga terjadi di 57 kota IHK, paling tinggi di Kediri 51 persen, Sukabumi 39 persen
10. Emas perhiasan dengan andil inflasi 0,02 persen karena mengikuti pergerakan harga emas dunia. Kenaikan terjadi di 71 kota IHK, tertinggi di Pangkal Pinang dan Purwokerto, Makassar, Banda Aceh naik 4 persen.