Liputan6.com, Jakarta Baik tim A mau pun tim B dibebaskan memilih sendiri teman satu tim yang bertugas membawa baki, pemimpin pasukan, penggerek bendera, dan kelompok delapan. Khusus latihan di hari Minggu kemarin, tidak ada yang dikoreksi benar tidaknya yang sudah dia kerjakan. Pelatih membiarkan seluruh calon Paskibraka berjalan sesuai ilmu yang sudah mereka dapatkan dari materi dan latihan selama tiga hari berturut-turut.
"Dalam pelatihan ada yang namanya pendampingan. Tapi, manakala mereka sudah harus dilepaskan, kita serahkan ke mereka. Mereka yang menunjuk temannya sendiri sebagai bahan perbandingan dari dia dan pelatih," kata Koordinator Pelatih Paskibraka, Mayor CHB Amar di Wisma-D PP-PON Menpora, Cibubur, Jakarta Timur, Minggu (31/7/2016).
Advertisement
Tentunya sebagai pelatih, tim dari Garnisun akan memotivasi seluruh peserta bahwa mereka mampu mengerjakannya sendiri, mengatur siapa saja yang bertugas sambil melihat serta menilai sendiri apa yang telah mereka kerjakan. "Barometernya, kalau tadi tidak ada kesalahan itu berarti mereka sudah menguasai. Ternyata masih belum, ada beberapa yang belum mereka kuasai," ujar Amar.
Perwakilan dari masing-masing tim diminta Amar maju ke depan setelah istirahat di waktu petang. Dua orang perwakilan itu harus menjawab pertanyaan yang diberikan Amar. Pertanyaannya mudah, hanya disuruh menyebutkan nama-nama pelatih. Yang paling banyak menyebut nama pelatihnya, dia berhak memilih, timnya mau menurunkan bendera atau menaikkan bendera.
Hasil akhir, Argo (Maluku Utara) dari perwakilan tim A menjawab lebih banyak nama pelatih ketimbang Arnaldi (Papua) perwakilan tim B. Jika Argo bisa menjawab sebanyak lima nama, Arnaldi hanya mampu menyebut dua nama saja.
"Kami pilih menaikkan bendera," kata Argo menjawab pertanyaan Amar. Masing-masing kelompok diberi waktu untuk berunding selama lima menit.
Argo memilih Ahmad Syaifullah Said (Sulawesi Tengah) sebagai pemimpin pasukan, Reyvelino Sasiang (Sulawesi Utara), Abu Assadiki Ujudillah (Kalimantan Selatan), dan Rahmat Duhe (Gorontalo) sebagai penggerek bendera, serta Nilam (DKI Jakarta) sebagai pembawa baki.
Sementara dari tim B yang bertindak sebagai pemimpin pasukan adalah Ani Tendri Sumpala (Sulawesi Selatan), penggerek bendera dipercayakan ke Laurensius G.R Rentanubun (Maluku), Ilham Massaid (Bengkulu), dan Alldi Padlyma Allamurochman (Jawa Barat), dan Lurah perempuan Krisan Valerie Sangari (Sulawesi Utara) yang dipercaya membawa baki.
Dari pantauan Liputan6.com di lapangan Wisma PP-PON Menpora, masih terlihat ketidakkompakan dari masing-masing tim. Dari tim A, terlihat masih ada yang terlambat berhenti saat pemimpin pasukan meneriakkan, "Berhenti grak!". Begitu juga saat akan menaikkan bendera. Sementara dari tim B, kejadian cukup fatal justru terlihat dari pasukan penggerek bendera. Bendera latihan yang mereka gerek sempat terbalik.
Bagaimana penilaian Amar? "Ya, seperti yang tadi terlihat di lapangan, pasang tali bendera masih lepas karena dia tidak melihat tangan temannya. Kelihatan juga masih ada yang ragu-ragu pas mau manuver akhirnya salah. Yang bawa bendera, seharusnya mepet ke bulatan, dia malah jauh dari bulatan. Pasukan belum lurus, barisan sudah hormat," kata Amar menjelaskan.
Sebelum latihan hari itu selesai dan pasukan dibubarkan, Amar hanya meminta seluruh peserta untuk merenung apa saja yang telah mereka kerjakan tanpa harus diberi tahu apa saja kesalahan yang telah mereka lakukan. Sehingga pelatih bisa mengevaluasi metode apa yang diberikan yang akan cepat diterima dengan baik oleh seluruh peserta Diklat Paskibraka 2016.