Sosok Tentara Muslim AS yang Orangtuanya 'Dihina' Donald Trump

Orangtua Humayun Khan saat ini sedang 'berperang' dengan Donald Trump setelah mereka menyatakan dukungannya kepada Hillary Clinton.

oleh Citra Dewi diperbarui 02 Agu 2016, 11:20 WIB
Humayun Khan, tentara Muslim AS yang meninggal saat sedang bertugas di Irak (US Army)

Liputan6.com, Washington DC - Kapten Humayun Khan, seorang tentara muslim Amerika Serikat yang meninggal akibat terkena ledakan bom bunuh diri, akhir-akhir ini namanya menjadi perbincangan hangat dalam pemilihan Presiden AS.

Orangtua Humayun, Khizr dan Ghazala Khan, saat ini 'berperang' melawan Capres AS dari Partai Republik, Donald Trump, setelah mereka menyatakan dukungannya kepada rival Trump, Hillary Clinton.

Dalam pidatonya, Khizr Khan mengatakan bahwa Capres AS dari Partai Republik, Donald Trump, tak memiliki empati sebagai pemimpin negara dan tidak melakukan pengorbanan apapun.

"Sama seperti imigran lain, kami datang ke negara ini dengan tangan kosong," ujar Khizr.

"Kami percaya akan demokrasi Amerika, yakni dengan kerja keras dan kebaikan negara ini, kami dapat berkontribusi..."

Khizr Khan dan sang istri menjadi pembicara di Konvensi Nasional Partai Demokrat (The Daily Beast)

Dalam kesempatan itu Khizr juga bercerita bahwa cita-cita sang putra adalah menjadi pengacara militer dan ia menyanjung Hillary karena telah menyebut anaknya sebagai 'putra bangsa terbaik yang dimiliki AS'.

Lalu, pembahasannya pun terpusat pada Trump, sosok yang dikenal sentimen terhadap imigran dan Muslim.

"Jika Donald Trump yang duduk di sana, Humayun tidak akan pernah ada di AS. Ia konsisten mencoreng karakter muslim. Ia tidak menghormati kaum minoritas lainnya, perempuan, hakim, bahkan pemimpin partainya sendiri. Ia bersumpah untuk membangun tembok dan melarang kami masuk ke negara ini," jelas Khizr.

Rupanya, pengusaha tajir itu tak suka diserang oleh Khizr. Ia bahkan menuduh ada Hillary Clinton di balik pidato yang memukau itu.

"Siapa yang menulis pidato orang itu? Hillary? Dengar ya, saya banyak melakukan pengorbanan. Saya bekerja dengan keras, sangat keras," kata Trump dalam wawancara dengan ABC News pada Sabtu, 30 Juli 2016. Ia bahkan mempertanyakan ibu sang kapten yang hanya diam di podium Konvensi Nasional Partai Demokrat.

Sikap Donald Trump justru menimbulkan serangan balik. Sejumlah pihak, bahkan dari kalangan Partai Republik sekalipun mengecam 'hinaannya' pada orangtua seorang tentara yang tewas demi negaranya.

Lalu, siapakah sosok Humayun Khan itu?


Sosok Humayun Khan

Humayun Khan, Imigran Muslim yang Ingin Jadi Tentara

Humayun lahir pada 9 September 1976 di Uni Emirat Arab. Keluarganya yang berasal dari Pakistan pindah ke AS dua tahun kemudian.

Mereka tinggal di Silver Spring, Maryland, di mana Humayun tumbuh bersama kedua saudara laki-lakinya. Ayahnya menyebutnya sebagai anak yang berjiwa patriot dan kagum dengan sosok Thomas Jefferson, salah satu pendiri Amerika.

Ketika di sekolah menengah, secara sukarela ia menjadi guru renang untuk anak-anak penyandang disabilitas. Demikian seperti dikutip dari BBC, Selasa (2/8/2016),

Setelah diterima di University of Virginia, ia bergabung dengan Reserve Officers' Training Corps (ROTC), yang menyiapkan para mahasiswa untuk menjadi tentara AS. Ayahnya sempat menentang keputusan Humayun, namun ia tetap bersikeras.

"Ia merasa ROTC telah melengkapinya sebagai seorang manusia, dan ingin membalas budi. Itu yang ingin dilakukannya," ujar ayahnya.

Setelah lulus kuliah tahun 2000, Humayun bertugas di Angkatan Darat AS selama empat tahun hingga memperoleh pangkat kapten.

Sebelum serangan 11 September 2001, ia berencana untuk keluar dari Angkatan Darat untuk melanjutkan kuliahnya di bidang hukum. Namun peristiwa 9/11 mengubah rencananya, dan pada 2004 ia terbang ke Irak untuk membantu usaha pasca-perang di sana.

Dalam panggilan telepon pada Mei 2004, ibunya memintanya untuk tak menjadi pahlawan dan agar pulang ke rumah dengan selamat.

"Tentu saja. Namun ibu, kamu perlu tahu aku memiliki tanggung jawab atas tentara ini, dan aku tak bisa meninggalkannya tanpa perlindungan," ujar Humayun kepada ibunya waktu itu.

Sebulan setelahnya, Humayun yang kala itu berusia 27 tahun, meninggal.

Meninggalnya Sang Tentara Muslim

Peristiwa itu terjadi ketika Humayun bertugas di pangkalan Naqubah, timur laut Baghdad. Salah satu tugasnya adalah untuk memeriksa tentara di dekat gerbang kompleks masuk pada pagi hari.

Pada 8 Juni 2004, inspeksi tersebut berubah menjadi bencana ketika sebuah taksi melaju ke barisan pasukannya. Humayun meminta para tentara melangkah mundur, sementara ia bergerak ke arah mobil yang mendekat.

Humayun Khan dimakamkan di Arlington Cemetery di Virginia (Arlington Cemetery)

Ia berjalan dengan lengan terentang dan tetap dalam posisi itu dalam 10 hingga 15 detik. Sebelum mobil itu mengenainya, si pengemudi meledakkan bom bunuh diri. Humayun meninggal dalam ledakan itu.

Karena aksi heroiknya memblokir kendaraan, ia berhasil menyelamatkan banyak nyawa, termasuk lebih dari seratus tentara yang sedang sarapan di dekat pintu gerbang pangkalan militer.

Humayun Khan secara anumerta dianugerahi Purple Heart dan Bintang Perunggu.

Ia dikubur di Arlington Cemetery, dekat Washington, di mana pemakamannya dihadiri oleh Hillary Clinton.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya