Dahsyat, Berkat e-Budgeting Kang Emil Hemat Rp 1 Triliun!

Implementasi e-Budgeting di Pemkot Bandung pada tahun ini berhasil menghemat anggaran hingga Rp1 triliun.

oleh Muhammad Sufyan Abdurrahman diperbarui 03 Agu 2016, 10:32 WIB
​Wali Kota Bandung saat berikan sambutan dalam Malam Sosialisasi Indonesia Smart City Forum at Bandung di Pendopo Kota Bandung, Selasa (28/2/2016) malam. Liputan6.com/Muhammad Sufyan

Liputan6.com, Bandung - Implementasi e-Budgeting di Pemkot Bandung pada tahun ini berhasil menghemat anggaran hingga Rp 1 triliun.

Kang Emil, sapaan akrab Ridwan Kamil, Walikota Bandung, mengatakan efisiensi masif terjadi karena mata anggaran semuanya menjadi terlacak, jelas, dan bisa dipotong seketika.

"Ada 30 kecamatan di kota Bandung. Sebelum diterapkan e-Budgeting, ada camat ajukan anggaran perjalanan dinas setahun Rp 200 juta, tapi ada juga yang sampai Rp 1,5 miliar. Kok beda? Camatnya studi banding ke Australia apa?" kata Emil dalam Malam Sosialisasi Indonesia Smart City Forum at Bandung di Pendopo Kota Bandung, Selasa (2/8/2016).

Turut hadir dalam kegiatan itu sejumlah mitra perusahaan teknologi informasi komunikasi (TIK) ternama seperti Telkom, Intel, QFree, Siemens, Metrodata, Motion, Codephile Rekayada, Indosat Ooredo, Pins Indonesia, dan lain-lain. 

Menurut Emil, disparitas tersebut terjadi pada banyak mata anggaran lainnya, termasuk pembelian kertas dan alat tulis, yang memunculkan disparitas harga antara satu instansi dengan lainnya. Padahal spesifikasi yang digunakan sama.

Diakui Emil, Pemkot Bandung juga kesulitan mengecek detail jenis kegiatan secara real-time dari 6.000 kegiatan yang dilakukan setiap tahun. Misalnya, apa kegiatan nomor 3.600, siapa pelaksananya, dan apa targetnya.

"Setelah kami terapkan e-Budgeting, semua dengan mudah terlacak. Kami bisa bandingkan satu sama lainnya, cut kegiatan yang tidak ngefek. Dari 6.000 kegiatan, ternyata 1.200 di antaranya tidak penting," tutur Emil.

Situasi itu menciptakan perubahan komposisi signifikan. Sebelumnya porsi belanja pelayanan ke masyarakat sebesar 52 persen dan belanja ke PNS sebesar 48 persen, dan setelah e-Budgeting diterapkan, belanja layanan ke masyarakat menjadi 61 persen dan ke PNS menjadi 39 persen. 

"E-Budgeting sudah nyata menghemat pengeluaran kami hingga Rp 1 triliun. Bayangkan kalau pemerintah daerah belum mengelola budget berbasis teknologi informasi komunikasi, pemborosan akan besar. Kalau ada 500 pemerintah daerah misalnya, kalikan saja berapa (jumlahnya, red.)," ujar Emil. 

Karena itu, Emil mengajak perusahaan TIK supaya kompak dan bersama-sama menjawab kebutuhan di lapangan, terutama menyiapkan solusi kota cerdas yang menguntungkan pemerintah daerah dan rakyat Indonesia.

Pemerintah daerah sebagai segmen smart city, menurut Emil, adalah pasar yang besar seiring mulai melek dan meningkatnya kebutuhan seluruh elemen atas digitalisasi pemerintah yang memang efektif dan efisien. 

Di sisi lain, mengacu pada pengalaman Pemerintah Kota Bandung, sarana dan prasarana makin baik sehingga kian menunjang hadirnya smart city. Beberapa waktu lalu Emil melakukan video conference dengan kepala daerah di Papua, Palangkaraya, serta beberapa kota lainnya, dan video conference tersebut seluruhnya berjalan lebih mulus.

"Hanya persoalan kita hari ini tidak semua kepala daerah ngeh caranya, ada yang sudah ingin, tapi tidak tahu caranya. Semua berubah dari manual ke teknologi. Maka itu, perusahaan TIK harus kompak, mau berkolaborasi, bersama datangi segmen smart city yang demikian besar ini," tutur Emil. 

(Msu/Why)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya