Liputan6.com, Cirebon - Pembangunan Bandara Kertajati kemungkinan besar tidak akan selesai sesuai dengan target. Alasannya, dalam rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) 2017, tidak tertuang anggaran untuk pembangunan bandara tersebut.
Ketua Komisi V DPR RI Fary Djemi Francis menjelaskan, saat melakukan kunjungan kerja di Cirebon, Indramayu, dan Majalengka, Komisi V menyempatkan diri untuk mengunjungi proyek Bandara Kertajati. Dalam kunjungan tersebut, anggota DPR mendapatkan temuan bahwa pencairan anggaran pembangunan bandara tersebut tersendat.
"Sesuai janji presiden bandara akan beroperasi pada 2018. Tapi hasil temuan kami, untuk tahun anggaran 2017 saat pembahasan awal kami malah belum dapat gambaran dan belum dibunyikan terkait Bandara Kertajati," ungkapnya seperti ditulis Rabu (3/8/2016).
Padahal, lanjutnya, Komisi V sudah mendapat penjelasan langsung dari Bupati Majalengka maupun Gubernur Jawa Barat terkait pembangunan Bandara Kertajati dan janji Presiden Jokowi agar dapat beroperasi tahun 2018.
"Tapi untuk anggaran tahun 2017 setahu saya belum diserahkan. Kalau emang presiden ingin percepatan maka kami harus beri dukungan secara politis," sambungnya.
Dia mengatakan, kesiapan Gubernur Jabar dan Bupati Majalengka dalam mengawal pembangunan Bandara Kertajati harus mendapat apresiasi. Terlebih dalam pembangunan, pemerintah pusat sudah mengeluarkan anggaran hingga Rp 600 miliar. "Sisa Rp 700 miliar untuk sisi udara," sebutnya.
Baca Juga
Advertisement
Fary berjanji akan mempertanyakan anggaran pembangunan Bandara Kertajati yang belum dimasukkan APBN untuk tahun 2017. "Memang kemarin ada pemotongan anggaran tapi jangan sampai kebutuhan strategis dikorbankan," tegasnya.
Untuk diketahui, di awal 2016, saat melakukan kunjungan kerja ke Majalengka, Presiden Joko Widodo meminta agar pembangunan Bandara Kertajati bisa selesai di 2018.
Sejak 2013 hingga 2015 Kementerian Perhubungan mengerjakan pembangunan sisi udara dengan menggunakan APBN sebesar Rp 375 Miliar atau 37,5 persen dari kebutuhan total sisi udara sebesar Rp 1 triliun. Bandar Udara Kertajati dibangun di atas lahan seluas ±1.800 Ha. Sementara pembangunan sisi darat menjadi tugas Pemerintah Provinsi Jawa Barat.
Sisi udara mencakup runway, air traffic control dan lainnya. Sementara sisi darat seperti terminal penumpang.
Bandar Udara Kertajati pada tahap awal direncanakan akan memiliki satu landas pacu (runway) dengan kapasitas 5,6 juta penumpang per tahun. Diharapkan bandar udara ini dapat menjadi bandar udara alternatif bagi masyarakat Jawa Barat dan sebagian Jawa Tengah.
Sesuai dengan rencana induk, bandar udara ini nanti akan dilengkapi dengan dua buah runway berukuran 3.500 x 60 meter dan 3.000 x 60 meter yang mampu menampung pesawat sekelas Boeing 747 atau Boeing 777.
Nantinya untuk sisi udara bandara ini akan dilengkapi dengan apron seluas 228.944 meter persegi yang mampu menampung 2 pesawat sekelas Boeing 777, 10 pesawat sekelas Boeing 737-900 ER, dan 12 pesawat sekelas Boeing 737-400, taxiway, runway strip 3.120 x 300 meter, fasilitas alat bantu pendaratan pesawat, serta fasilitas penunjang lain.
Pada sisi darat, pemerintah Provinsi Jawa Barat akan melakukan pembebasan lahan seluas 1.000 hektare dari kebutuhan lahan total sampai dengan tahap ultimate yang perlu dibebaskan seluas 1.800 hektare.
Rencana pembangunan fasilitas sisi darat terbagi menjadi tiga paket, yaitu paket infrastruktur, paket terminal utama penumpang dan paket bangunan penunjang operasional. Ditargetkan pembangunan Bandar Udara Kertajati ini selesai pada akhir 2017. (Panji Prayitno/Gdn)