Kisah Muhammad Ali Takut Terbang Jelang Olimpiade 1960

Muhammad Ali mengenakan parasut sepanjang perjalanan menuju Roma, Italia.

oleh Thomas diperbarui 04 Agu 2016, 12:30 WIB
Legenda tinju dunia, Muhammad Ali.

Liputan6.com, Jakarta Mendiang Muhammad Ali dikenang sebagai salah satu petinju terbaik di dunia. Namun sebelum terjun ke dunia tinju profesional, Ali pernah menorehkan tinta emas di pentas Olimpiade 1960. 

Ali masih menyandang nama Cassius Clay saat tampil di multievent empat tahunan itu. Namun tak banyak yang tahu Ali yang kala itu baru berusia 18 tahun nyaris batal bertolak ke Roma, Italia. Beberapa pekan sebelum hari H, Ali bahkan berniat mundur dari kontingen Amerika Serikat. 

Alasannya sepele, ayah Laila Ali tersebut ternyata takut naik pesawat terbang. Dia trauma setelah penerbangan pertamanya menuju Caliornia untuk menjalani pemusatan latihan tidak berjalan mulus. Saat itu, pesawat yang ditumpanginya nyaris celaka. Sejak saat itu, Ali pun kapok naik burung besi.  

Ali lalu meminta izin agar diizinkan bertolak ke Roma dengan moda transportasi lain, seperti kapal laut atau kereta api, tapi ditolak. Ali berkeras dan mengancam batal bertanding di Olimpiade.  

Adalah Joe Martin, polisi yang juga pelatih tinju pertama Ali yang akhirnya mampu membujuk The Greatest agar bersedia terbang ke Roma. "Ali takut terbang. Kami memiliki penerbangan tidak mulus ke California. Jadi saat akan pergi ke Roma dia mengatakan tidak mau terbang," kata Martin. 

"Kami berbicara panjang hampir tiga jam. Saya berhasil menenangkannya dan meyakinkannya kalau ia ingin menjadi juara kelas berat dunia, maka dia harus pergi ke Roma dan memenangkan Olimpiade," papar Martin dalam tayangan khusus Muhammad Ali di stasiun tv berbayar, HBO.


Beli Parasut

Legenda tinju dunia, Muhammad Ali.

Meski akhirnya bersedia terbang ke Roma, Ali masih ketakutan. Sebelum naik ke pesawat, Ali menyempatkan diri membeli parasut dari toko militer dan mengenakannya sepanjang perjalanan. 

Pengorbanan Ali tidak sia-sia. Setelah meraih kemenangan mudah di babak awal, Ali melaju ke final dan menantang peraih perunggu di Olimpiade empat tahun sebelumnya, Zbigniew Pietrzykowski. Ali mati-matian di final. Dia dinyatakan menang angka mutlak dan berhak menggondol medali emas. 

Martin selalu punya akal untuk meyakinkan Ali. Saat pertama bertemu dengannya, Martin juga berhasil merayu pria kelahiran Louisville, Kentucky tersebut agar bersedia berlatih tinju. Kebetulan saat itu, Ali yang berusia 12 tahun baru saja kehilangan sepeda kesayangannya. Musibah ini lantas dipakai Martin untuk membujuk Ali berlatih tinju. Dia mengatakan, Ali harus mahir bertinju agar mampu menangkap dan menghajar pencuri yang menggondol sepeda BMX kesayangannya. 


Buang Medali

Legenda tinju dunia, Muhammad Ali.

Meski telah susah payah merebut medali emas, Ali malah membuang medali emasnya itu ke ke Sungai Ohio setelah pertandingan tersebut. Penyebabnya masih simpang siur. Awalnya, Ali dikabarkan kesal karena restoran khusus kulit putih menolak melayani dia dan teman-temannya. 

Namun belakangan, hal ini dibantah oleh rekan-rekannya dan mereka dan rekannya. Namun cerita tersebut dibantah temannya, termasuk Bundini Brown dan fotografer Howard Bingham. 

"Beberapa menit sebelumnya aku berjuang hampir mati melawan seorang pria karena ia ingin mengambil medali ini dariku. Sekarang aku melemparkan medali ini ke sungai. Aku tidak merasa sakit atau menyesal. Hanya lega, dan seperti ada kekuatan baru," kata Ali ketika itu.

Keberhasilan menjuarai Olimpiade menjadi awal jalan Ali menuju tinju profesional. Empat tahun setelah merebut emas Olimpiade, Ali berhasil meraih gelar juara dunia kelas berat dengan menang TKO ronde 7 dari 15 ronde atas Sonny Liston di Florida, Amerika Serikat. Sebelum akhirnya gantung sarung tinju, Ali sudah bertanding 61 kali dan menang 56 kali (37KO), kalah 5 kali. 

Ali meninggal dunia di usia 74 tahun akibat penyakit parkinson yang dideritanya. 

 

 

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya