Liputan6.com, Gorontalo - Selain Benteng Otanaha, Gorontalo juga memiliki satu situs peninggalan sejarah, yaitu Benteng Oranye (Fort Oranje). Benteng ini terletak di Desa Dambalo, Kecamatan Kwandang, Kabupaten Gorontalo Utara, Provinsi Gorontalo.
Untuk mencapai lokasi ini, wisatawan bisa menempuh perjalanan darat sekitar tiga jam dari pusat Kota Gorontalo. Namun sebelum menjangkau benteng kuno ini pengunjung harus menaiki anak tangga sebanyak 178 dan membayar tiket masuk sebesar Rp 5.000.
Basir Lagani selaku penjaga Benteng Oranye menuturkan, situs ini dibangun oleh bangsa Portugis pada 1630 Masehi. Benteng ini berfungsi untuk mempertahankan bagian utara Sulawesi atau Tanah Celebes yang saat itu merupakan wilayah jajahan mereka dari serangan bajak laut asal Filipina.
Baca Juga
Advertisement
Namun, pertahanan bangsa Portugis pada saat itu akhirnya runtuh setelah Belanda memasuki wilayah Gorontalo. Tepatnya pada abad XVII, Portugis pun terpaksa meninggalkan Gorontalo lantaran kalah dalam perebutan wilayah kekuasaan dan persaingan dagang.
"Jadi bukan Belanda yang membangun benteng ini, tapi Portugis," ujar Basir.
Setelah dikuasai Belanda, imbuh Basir, pada abad XVIII benteng tersebut mulai direnovasi dengan menambah bangunan kecil di atas bukit, yang berfungsi sebagai tempat pemantauan dan pusat penembakan.
Saat disinggung mengenai nama, Basri mengaku, semula orang Gorontalo menyebut benteng ini dengan nama benteng atau Ota Lalunga. Sedangkan nama Oranye diambil dari pemimpin Belanda pada saat itu, yakni Snouck Orange.
"Dulu mereka (masyarakat Gorontalo) menyebut ini (benteng) Ota Lalunga. Tapi, pemerintah Belanda pada saat itu dipimpin oleh Snouck Orange, jadi namanya jadi Benteng Oranye," Basir menjelaskan.
Meskipun banyak cerita di balik pembangunan benteng di pesisir Gorontalo ini, sayangnya sudah banyak bagian benteng yang sudah hilang. Seperti bangunan kecil di atas bukit, jembatan bawah tanah menuju tempat persembunyian. Bahkan meriam yang digunakan sebagai pertahanan pun kini telah raib.
Konstruksi benteng kuno ini sendiri dibangun oleh tenaga Indonesia dengan cara bergotong royong memberikan satu per satu batu hingga menjadi sebuah benteng. Bukan hanya itu, keunikan benteng ini juga terletak pada dinding yang ternyata dibangun menggunakan batu karang. Itu bisa terlihat jelas pada dinding benteng.