Gawat, 15 Juta Akun Telegram Diretas Hacker

Akun yang diretas kelompok tersebut dilakukan dengan memanfaatkan momen pengiriman kode konfirmasi berupa SMS ke nomor pengguna Telegram.

oleh Jeko I. R. diperbarui 04 Agu 2016, 11:02 WIB
Ilustrasi Telegram (Sumber: Iran Human Rights)

Liputan6.com, Tehran - Sebuah kelompok hacker telah meretas 15 juta akun Telegram yang ada di negara Iran. Lebih mengejutkan lagi, kelompok hacker tersebut juga berasal dari negara yang sama.

Dilansir Wired dari Reuters, Kamis (4/8/2016), analis keamanan Claudio Guarnieri dan Collin Anderson mengungkapkan bahwa akun-akun yang diretas kelompok tersebut dilakukan dengan memanfaatkan momen pengiriman kode konfirmasi berupa SMS ke nomor pengguna Telegram.

Anderson mengatakan, hal ini menjadi pelajaran penting soal bagaimana penggunaan enkripsi ternyata menjadi celah antara perusahaan teknologi dengan pemerintah.

Kelompok hacker yang meretas akun Telegram tersebut dilaporkan bernama Rocket Kitten. Mereka diduga memiliki hubungan dengan pemerintah Iran.

"Mereka (Rocket Kitten) tidak mengungkap jumlah akun yang diretas, melainkan kami yang menemukan berapa banyak akun yang dibobol lewat server mereka," tutur Anderson saat melakukan presentasi keamanan Black Hat di Las Vegas, Amerika Serikat, belum lama ini.

Pihak Telegram pun buka suara. Mereka menjelaskan, ada "oknum-oknum" tertentu yang telah menggunakan Application Program Interface (API) untuk mengecek nomor pengguna Telegram di Iran. Akan tetapi, konten dari akun pengguna tidak bisa diakses melalui API.

"Informasi tentang nomor telepon yang terhubung dengan akun pengguna memang terpampang untuk publik. Jika tidak, pengguna tidak akan bisa mencari dan chatting dengan teman-teman mereka lewat aplikasi ini," ujar pihak Telegram.

Pun begitu, layanan yang sudah berdiri sejak 2013 lalu ini menyadari bahwa akun Telegram sebetulnya bisa diretas lewat SMS konfirmasi kode.

Namun, mereka mengakalinya dengan memperkenalkan modus verifikasi yang menggabungkan kode dan password via SMS dan mendorong pengguna untuk menggunakannya jika mereka merasa bahwa verifikasi kode via SMS ternyata dapat menyadap akun. Sayangnya, hal tersebut tidak berlaku di Iran.

"Verifikasi ini harus dilakukan oleh pengguna di Iran. Saya pikir mereka tidak mengerti cara memverifikasi akun karena terbatas oleh masalah bahasa," pungkasnya.

(Jek/Isk)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya