Liputan6.com, Florida - Partai Republik kini tengah mengalami krisis paling parah dalam sejarahnya, setelah serangkaian kecaman didaratkan kepada capres mereka, Donald Trump.
Para petinggi Grand Old Party (GOP) frustrasi dan meminta Trump mengubah taktik kampanyenya yang keras.
Advertisement
Beberapa polling atau jajak pendapat terbaru memperlihatkan penurunan pemilih Republik. Partai yang berdiri sejak 1854 itu bahkan dianggap memiliki moral rendah.
Ketua partai, Reince Priebus bahkan sampai meminta tolong anak-anak pengusaha New York untuk menghentikan cara Trump berkampanye.
Petinggi Republik kini tengah melakukan pertemuan untuk meminta Trump mengubah taktik kampanyenya.
Namun, Trump keras kepala. Ia menolak saran-saran yang dianggap merusak citra dirinya. Tak tanggung-tanggung suami dari Melania itu dengan percaya dirinya mengatakan, rivalnya akan kalah. Alih-alih merayu pemilih dengan program, Trump justru mencela Hillary Clinton.
"Bukankah memalukan kalau kita sampai kalah dari 'si bongkok' Hillary? Jangan sampai! Kita belum pernah sekuat ini," kata Trump di Florida, seperti dilansir dari Time, Jumat (5/8/2016).
Sementara itu, ketua kampanye, Paul Manafort cuci tangan. "Kandidatlah yang mengontrol kampanyenya. Kalau saya, cuma masalah teknisnya saja," kata dia.
Selain petinggi Republik, bekas ketua parlemen Newt Gingrich juga mengatakan keputusaannya. Adapun Mike Pence, cawapres pilihan Trump, memilih lebih berdiplomasi.
"Saya akan menjembatani antara Trump dan para petinggi GOP," ujarnya dalam wawancara dengan Fox.