Liputan6.com, Rio de Janeiro - Olimpiade 2016 di Rio de Janeiro, Brasil, sebentar lagi akan dimulai. Pesta olahraga dunia ini, akan menjadi ajang pembuktian para atlet menunjukkan prestasinya di masing-masing cabang.
Dan, bagi pebulutangkis Indonesia, Tontowi Ahmad, Olimpiade seperti memberikan kesan dan pengalaman yang tak terlupakan. Khususnya, momen Olimpiade London 2012.
Kala itu, ia dan pasangannya, Liliyana Natsir, merupakan satu-satunya andalan Indonesia yang diharapkan bisa meneruskan tradisi medali emas di kancah Olimpiade.
Baca Juga
Advertisement
Namun, besarnya tekanan sebagai tulang punggung skuat Merah-Putih menjadi salah satu hal yang membuat pasangan ini tak dapat menjalankan tugasnya dengan baik. Dihentikan pasangan Tiongkok Xu Chen/Ma Jin di semifinal, Tontowi/Liliyana juga gagal menyumbang perunggu saat dikalahkan Joachim Fischer Nielsen/Christinna Pedersen (Denmark).
"Saat itu kami memang berandai-andai banget, terlalu menggebu-gebu mau dapat emas. Kami menjadi harapan satu-satunya, masuk semifinal sendirian. Karena terlalu berharap, saat kalah di semifinal itu kami langsung down, padahal kami punya tugas lagi di perebutan perunggu,” kata Tontowi.
Menurut Tontowi, mereka seharusnya fokus dari satu pertandingan ke pertandingan lainnya. Setelah kalah di semifinal, harusnya fokus untuk pertandingan selanjutnya.
"Tetapi kami malah tidak bisa tampil baik di perebutan perunggu, padahal rekor kami melawan Nielsen/Pedersen lumayan bagus,” tambah ayah dari Danish Arsenio Ahmad ini.
Tontowi mengaku telah banyak belajar dari kesalahan di event empat tahun lalu tersebut. Karena itu, pemain kelahiran Banyumas, 18 Juli 1987 ini tak mau terjebak di situasi yang sama.
Ganda Terbaik
Meski baru mengantongi satu gelar di tahun ini lewat Malaysia Open Super Series Premier 2106, Tontowi/Liliyana masih menjadi pasangan ganda campuran terbaik negeri ini.
Pasangan ramuan pelatih Richard Mainaky ini tak hanya berjalan sendirian menuju Olimpiade Rio de Janeiro 2016. Mereka didampingi Praveen Jordan/Debby Susanto, Juara All England 2016 yang bukan tak mungkin akan membuat kejutan.
Selain itu, Indonesia juga punya andalan di sektor lain seperti ganda putra yang diwakili oleh pasangan rangking dua dunia, Hendra Setiawan/Mohammad Ahsan. Selain itu, pasangan ganda putri Greysia Polii/Nitya Krishinda Maheswari juga berpeluang untuk meraih medali.
"Kondisi sekarang memang lebih baik, kita punya beberapa andalan, ini cukup berpengaruh juga. Saya merasa termotivasi, tidak mau kalah sama yang lain, ingin yang terbaik," jelas Tontowi.
Jelang Olimpiade Rio, Tontowi memang terlihat lebih rileks. Ia sering berbagi cerita dengan Ahsan, karena keduanya memang dekat sejak sama-sama menjadi penghuni klub Djarum.
"Saya dan Ahsan memang dekat dari waktu di klub dulu. Kami sering sharing bareng seperti yang pernah Ahsan posting di Instagram. Waktu itu di Australia Open Super Series 2016, kami kalah di babak awal, padahal dulu kami biasa pulang di akhir turnamen. Semoga di Olimpiade kami bisa sama-sama berhasil," tuturnya.
Advertisement