Liputan6.com, Jakarta - Saat ekonomi nasional pada kuartal II 2016 mampu mencetak pertumbuhan yang di atas perkiraan dengan membukukan angka 5,18 persen, Pulau Maluku dan Papua justru kebalikannya. Kedua daerah tersebut membukukan pertumbuhan ekonomi negatif 1,57 persen.
Penyebab rendahnya pertumbuhan ekonomi di Maluku dan Papua karena belum pulihnya harga-harga komoditas tambang yang menjadi andalan ekspor di pulau ini.
Kepala Badan Pusat Statistik (BPS), Suryamin menyatakan, laju pertumbuhan PDRB menurut Pulau/Wilayah di kuartal II-2016, Maluku dan Papua hanya mampu mereguk pertumbuhan negatif 1,57 persen. Sementara Pulau Kalimantan sedikit membaik dengan pertumbuhan positif 1,13 persen, padahal sebelumnya ekonomi Kalimantan sempat terkontraksi.
"Pertumbuhan ekonomi Kalimantan sudah membaik, walaupun masih rendah. Sebelumnya sudah drop, lalu membaik. Sedangkan di Pulau Maluku dan Papua masih negatif pertumbuhan ekonominya," jelas dia di kantor BPS, Jakarta, Jumat (5/8/2016).
Baca Juga
Advertisement
Seperti diketahui, Kalimantan merupakan wilayah penghasil komoditas minyak dan gas (migas). Sementara Maluku dan Papua merupakan basis dari perusahaan tambang mineral raksasa di Indonesia.
Kedua pulau ini, diakui Suryamin, terdampak dari pelemahan harga komoditas migas dan tambang. Meskipun di beberapa bulan terakhir, telah menunjukkan peningkatan harga walaupun tidak signifikan.
"Kalau komoditas migas harganya sudah agak membaik, jadi berpengaruh ke ekonomi Kalimantan di kuartal II. Sementara di Maluku dan Papua, harga batubara dan tambang mineral lain baru saja merangkak naik, sehingga belum berdampak," terang Suryamin.
Dalam kesempatan yang sama, Direktur Neraca Produksi BPS Buyung Airlangga menambahkan, harga komoditas migas maupun pertambangan mineral yang menukik menyeret laju pertumbuhan ekonomi di Kalimantan, serta Maluku dan Papua.
"Secara nasional, pertambangan sudah mulai menggeliat karena produksi minyak sudah naik 5 persen, sehingga provinsi penghasil minyak sudah merasakan dampaknya. Tapi yang provinsi atau pulau penghasil tambang mineral masih jatuh ke bawah," Buyung mengatakan.
Dari data BPS, pertumbuhan ekonomi menurut Pulau yang tertinggi di kuartal II berada di Sulawesi dengan capaian 8,49 persen. Kemudian disusul Pulau Bali dan Nusa Tenggara 7,36 persen, lalu Pulau Jawa dengan pertumbuhan ekonomi 5,73 persen dan Sumatera 4,49 persen.
Dilihat dari distribusi pertumbuhan ekonomi 5,18 persen, paling besar tersebar di Pulau Jawa 58,81 persen, Sumatera 22,02 persen, Kalimantan 7,61 persen, Sulawesi 6,08 persen, Bali dan Nusa Tenggara 3,13 persen, serta Maluku dan Papua 2,35 persen. (Fik/Gdn)