Liputan6.com, Jakarta - Pertumbuhan ekonomi Indonesia melebihi harapan pelaku pasar mendorong laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) bergerak perkasa pada sesi pertama perdagangan saham Jumat pekan ini.
Pada penutupan sesi pertama, Jumat (5/8/2016), IHSG naik 0,80 persen atau 42,92 poin ke level 5.416,79. Indeks saham LQ45 naik 0,83 persen ke level 932,44. Sebagian besar indeks saham acuan menghijau kecuali indeks saham Pefindo25 melemah 0,15 persen ke level 422,62.
Ada sebanyak 160 saham menghijau sehingga mendorong penguatan IHSG. Sedangkan 125 saham melemah dan 93 saham lainnya diam di tempat. IHSG sempat berada di level tertinggi 5.427,51 dan terendah 5.377,41. Total frekuensi perdagangan saham sekitar 162.465 kali dengan volume perdagangan 3,5 miliar saham. Nilai transaksi harian saham sekitar Rp 4,6 triliun.
Secara sektoral, sebagian besar sektor saham menghijau kecuali sektor saham perkebunan melemah 0,22 persen dan sektor saham barang konsumsi susut 0,22 persen. Sektor saham keuangan menguat 1,93 persen, dan membukukan penguatan terbesar. Disusul sektor saham aneka industri naik 1,79 persen, dan sektor saham konstruksi menguat 1,35 persen.
Baca Juga
Advertisement
Investor asing pun mencatatkan aksi beli sekitar Rp 417 miliar. Sedangkan posisi dolar Amerika Serikat di kisaran Rp 13.109.
Saham-saham yang mencatatkan penguatan besar pada sesi pertama antara lain saham BSWD naik 25 persen ke level Rp 2.000 per saham, saham CANI menanjak 21,67 persen ke level Rp 320 per saham, dan saham BTPN menguat 13,15 persen ke level Rp 2.840 per saham.
Sedangkan saham-saham yang melemah antara lain saham SUGI melemah 9,79 persen ke level Rp 258 per saham, saham AKKU tergelincir 9,32 persen merosot Rp 214 per saham, dan saham SMDR susut 5 persen ke level Rp 6.175 per saham.
Pada Jumat siang ini, bursa Asia pun bervariasi. Indeks saham Hong Kong Hang Seng menguat 1,4 persen ke level 22.139,93 dan mencatatkan penguatan terbesar. Disusul indeks saham Korea Selatan Kospi menguat 0,78 persen ke level 2.015,65, indeks saham Taiwan naik 0,67 persen ke level 9.079.
Sedangkan indeks saham yang tertekan antara lain indeks saham Jepang Nikkei merosot 0,02 persen ke level 16.251. Indeks saham Shanghai merosot 0,10 persen ke level 2.979,69, dan indeks saham Singapura susut 0,04 persen ke level 2.829.
Analis PT First Asia Capital David Sutyanto menuturkan, penguatan IHSG didorong sentimen eksternal dan internal. Dari faktor eksternal, bursa global dan harga komoditas yang menguat berimbas ke IHSG. Sedangkan dari internal, pertumbuhan ekonomi mencapai 5,18 persen pada kuartal II, menurut David memberikan optimisme kepada pelaku pasar. "Pertumbuhan ekonomi di atas lima persen pada kuartal II bagus untuk IHSG, kalau di bawah lima persen maka jelek. Pertumbuhan ekonomi Indonesia cukup oke direspons pelaku pasar," ujar dia saat dihubungi Liputan6.com.
Lebih lanjut ia mengatakan, IHSG berpotensi tetap di zona hijau hingga penutupa perdagangan saham Jumat pekan ini. Hal itu didukung katalis positif pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal II 2016.
Selain itu, David optimistis IHSG dapat sentuh level 5.500 hingga akhir tahun 2016. "Ada sentimen positif mulai dari tax amnesty," kata David.
Sedangkan posisi rupiah masih di kisaran 13.100 per dolar AS, David menilai hal itu masih wajar dan cukup baik. Lantaran posisi rupiah berada di kisaran 13.300 dalam APBN-P. Tak hanya itu, meski pemerintah memangkas anggaran kementerian dan transfer daerah, David menilai hal itu cukup baik karena anggaran negara menjadi realistis.
Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan pertumbuhan ekonomi nasional pada kuartal II 2016 mencapai 5,18 persen (year on year). Angka ini lebih tinggi dari pertumbuhan ekonomi di kuartal I tahun ini sebesar 4,92 persen.
Sementara secara kumulatif, pertumbuhan ekonomi nasional mencapai 5,04 persen di semester I. Dengan nilai produk domestik bruto (PDB) sebesar Rp 2.352,2 triliun atas dasar harga konstan (ADHK) dan Rp 3.086,6 triliun atas dasar harga berlaku (ADHB).
Kepala BPS Suryamin menuturkan, pertumbuhan ekonomi di kuartal II masih dipengaruhi berbagai kondisi di pasar global dan lokal. Seperti harga komoditas di pasar internasional yang mulai meningkat. "Harga berbagai komoditas pasar internasional tren meningkat seperti kopi, kedelai dan minyak," ujar dia. (Ahm/Ndw)