Liputan6.com, New York - Mungkin Anda pernah melihat sebuah poster berwarna kuning terang dengan gambar seorang wanita perkasa berpakaian pekerja pabrik dengan bandana merah apik.
Banyak yang menganggap ia sedang menyemangati para wanita untuk bergabung dengannya dalam upaya mendukung Perang Dunia II.
Advertisement
Selama bertahun-tahun poster "We can do it" yang secara umum dikenal sebagai "Rosie the Riveter" telah dan masih berfungsi sebagai simbol ikonik dari kekuatan, motivasi, dan erat kaitannya dengan feminisme.
Poster ini begitu populernya saat ini sehingga memberi kesan bahwa hanya itu satu-satunya hal yang menginspirasi fenomena "Rosie the Riveter" dan memotivasi para ibu rumah tangga selama Perang Dunia II.
Mungkin ada yang berpikiran demikian, tapi ternyata itu keliru.
Poster yang sangat digemari itu malahan tidak populer sama sekali selama Perang Dunia II. Bahkan pada kenyataannya malah hampir tidak pernah terlihat.
Poster itu justru mulai terkenal bertahun-tahun setelah perang usai. Inilah yang sebenarnya terjadi:
Setelah serangan Jepang ke Pearl Harbor, pemerintah AS meminta industri manufaktur untuk memproduksi persenjataan dalam jumlah lebih banyak. Situasi di pabrik-pabrik besar sering kali menegangkan karena konflik antara manajemen dan organisasi buruh selama tahun 1930-an.
Para direktur perusahaan semacam General Motors (GM) berusaha meminimalisasi friksi masa lalu dan membangkitkan semangat kerja tim dengan cepat memproduksi poster propaganda pada 1942 yang menampilkan buruh dan manajemen sama-sama menggulung lengan baju mereka, bersatu demi menjaga tingkat hasil produksi perlengkapan perang.
Poster itu bertuliskan, "Dengan bersama-sama, Kita Dapat Melakukannya!" dan "Terus Bekerja!"
Dengan menciptakan poster-poster semacam itu, perusahaan berharap dapat meningkatkan produksi dengan memanfaatkan sentimen pro-perang, dan bermaksud pula untuk mencegah pemerintah dari memperketat kontrol terhadap produksi mereka.
Pada tahun 1942, Komite Koordinasi Produksi Alat Perang Internal Westinghouse Electric menyewa jasa seniman J. Howard Miller melalui agen periklanan untuk membuat serangkaian poster yang akan dipamerkan kepada para pekerja di perusahaan itu.
Maksud dari proyek pembuatan poster ini adalah meningkatkan semangat karyawan, mengurangi absen, mengalihkan pertanyaan dari karyawan kepada manajemen, serta menurunkan peluang ketidakpuasan pekerja dan mogok di pabrik.
Satu per satu poster yang dirancang oleh J. Howard Miller sebanyak 42 buah itu dipajang di dalam pabrik selama dua minggu, lalu diganti dengan yang berikutnya dalam rangkaian itu.
Di antara poster para "pria" yang menekankan peran tradisional untuk pria dan wanita itu, terdapat poster kuning dengan sosok wanita kuat dan kalimat "we can do it" atau "kita dapat melakukannya".
Maka, poster itu awalnya hanya dibuat untuk digunakan secara internal di Westinghouse dan dipajang hanya selama bulan Februari 1943, serta tidak dimaksudkan untuk menginspirasi kaum wanita agar mengikuti jejaknya. Poster itu malahan dibuat untuk memeras tenaga pekerja wanita agar bekerja lebih giat.
Saat perang usai, para wanita kembali menjadi ibu rumah tangga dan para pria kembali bekerja di pabrik. Poster tersebut, bersama benda-benda koleksi perang lainnya disimpan di Museum Nasional.
Setelah itu, pada 1982, gambar "we can do it!" itu direproduksi dalam sebuah artikel berjudul, "Seni Poster untuk Kepentingan Patriotisme", di Majalah Washington Post tentang poster-poster dalam koleksi Museum Nasional.
Sejak saat itu, kaum feminis dan pihak-pihak lain telah memanfaatkan sikap yang bersemangat dan pesan yang jelas dari poster itu dan menciptakan kembali gambar tersebut ke dalam berbagai bentuk, termasuk untuk pesan pemberdayaan diri, promosi kampanye, iklan, serta parodi.
Poster tersebut telah dan masih berfungsi sebagai dukungan untuk gerakan emansipasi wanita di dunia kerja.
Siapa Sosok Wanita di Poster Itu?
Pada tahun 1984, mantan pekerja pabrik selama perang, Geraldine Hoff Doyle, membaca artikel di majalah Modern Maturity yang menunjukkan foto seorang wanita muda yang sedang bekerja menggunakan mesin di sebuah pabrik. Ia berasumsi bahwa foto tersebut adalah foto dirinya pada pertengahan atau akhir tahun 1942, saat ia pernah bekerja sebentar di sebuah pabrik.
Sepuluh tahun kemudian, Geraldine melihat poster "we can do it!" di sampul majalah Smithsonian dan berasumsi bahwa poster tersebut adalah gambaran dirinya. Tanpa berniat untuk mencari keuntungan, Doyle menyimpulkan bahwa foto masa perang tahun 1942 itu telah menginspirasi Howard untuk menciptakan poster, dengan Geraldine sebagai modelnya.
Akibatnya, Geraldine secara luas dianggap sebagai inspirasi bagi poster karya Howard. Kemudian, dari berkas foto Acme News, Profesor James J. Kimble menemukan foto asli, dengan tulisan kekuningan yang mengidentifikasi wanita dalam foto itu sebagai Naomi Parker.
Foto ini merupakan salah satu dari rangkaian foto yang diambil di Pangkalan Angkatan Udara Alameda, di California, yang menunjukkan Naomi dan saudara perempuannya tengah bekerja di pabrik pada bulan Maret 1942.
Foto-foto ini dipublikasikan di berbagai koran dan majalah mulai bulan April 1942, saat Geraldine Doyle masih duduk di bangku SMA, di Michigan.
Pada bulan Februari 2015, Profesor Kimble mewawancarai Parker bersaudara, yang kini bernama Naomi Fern Fraley, 93, dan saudaranya Ada Wyn Morford, 91. Ia menemukan bahwa selama lima tahun mereka telah mengetahui tentang kelirunya identifikasi model foto tersebut. Namun upaya mereka untuk memperbaiki catatan sejarah mendapat penolakan.
Meskipun banyak media telah mengulangi asumsi Geraldine yang tak berdasar bahwa foto zaman perang itu telah menginspirasi poster karya Howard, ahli sejarah Westinghouse Charles A. Ruch, seorang warga Pittsburgh yang pernah bersahabat dengan J. Howard Miller, menyatakan bahwa Howard tidak terbiasa bekerja berdasarkan foto, namun menggunakan model sungguhan.
Penny Coleman, penulis buku Rosie the Riveter: Women Working on the Home Front in World War II, mengatakan bahwa ia dan Charles tak dapat menentukan apakah foto zaman perang itu telah muncul di majalah atau koran yang telah dilihat oleh Howard.
Setelah melihat gambar sampul Smithsonian pada tahun 1994, Geraldine Hoff Doyle menyatakan bahwa ia adalah subjek dari poster tersebut. Geraldine berpikir bahwa sebuah foto wanita pekerja pabrik di zaman perang juga merupakan foto dirinya.
Dengan naifnya, ia berasumsi bahwa foto itu telah menginspirasi poster garapan Howard. Karena kekeliruan yang menganggapnya sebagai "Rosie the Riveter", Geraldine telah mendapat penghormatan dari berbagai organisasi termasuk dari Women's Historical Center and Hall of Fame.
Namun, pada tahun 2015, wanita dalam foto perang itu telah diidentifikasi sebagai Naomi Parker, saat ia berusia 20 tahun, yang bekerja pada awal 1942 sebelum Geraldine lulus SMA. Klaim Geraldine bahwa fotonya menginspirasi poster terkenal itu tidak dapat dibuktikan atau dibantah. Maka, Geraldine dan kemudian Naomi tak dapat dikonfirmasi sebagai model dari poster "we can do it!"
Mitos lain yang terkait dengan poster itu, adalah hubungannya dengan Rosie the Riveter. Poster itu tak memiliki persamaan apa pun dengan Rosie the Riveter.
Poster Rosie the Riveter yang sesungguhnya diciptakan oleh Norman Rockwell, dengan gambar seorang wanita montok yang tengah makan siang dengan palu listrik di pangkuannya dan kotak bekal di sampingnya yang bertuliskan "Rosie". Publik langsung mengenalinya sebagai "Rosie the Riveter" dari sebuah lagu populer.
Advertisement