Liputan6.com, Jakarta - Aliran dana investor asing terus masuk ke pasar modal Indonesia. Aksi beli investor asing itu juga yang mendorong laju IHSG. Bahkan kinerja IHSG mampu berada di posisi pertama di antara bursa saham global.
Pada penutupan perdagangan saham Jumat (5/8/2016), IHSG naik 46,38 poin atau 0,86 persen ke level 5.420,24. Level itu termasuk tertinggi pada 2016. IHSG sempat sentuh level tertinggi dalam sejarah di kisaran 5.523 pada 7 April 2015.
Adapun pada perdagangan saham Jumat pekan ini, Indeks saham LQ45 menguat 0,80 persen ke level 932,18. Aliran dana investor asing masuk mencapai Rp 1,47 triliun. Transaksi harian saham pun tercatat Rp 9,9 triliun.
Tercatat aksi beli investor asing mencapai Rp 7,62 triliun dalam sepekan. Total pembelian investor asing di pasar modal Indonesia mencapai Rp 32,50 triliun sepanjang 2016.
Baca Juga
Advertisement
Kapitalisasi pasar saham mencapai Rp 5.839 triliun. Rata-rata transaksi harian saham pada 2016 sekitar Rp 6,15 triliun. Volume perdagangan saham sekitar 5,54 miliar saham.
Kinerja IHSG pun naik 18,01 persen secara year to date (dari akhir 2015 hingga penutupan perdagangan Jumat pekan ini) ke level 5.420,25. Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), kinerja IHSG berada di posisi pertama di antara bursa saham global. Posisi kedua ditempati bursa Thailand yang naik 17,80 persen, dan bursa Filipina 14,65 persen. Sedangkan indeks saham Dow Jones naik 4,25 persen ke level 18.352,05.
Salah satu pendorong laju IHSG, aksi beli investor asing yang terus berlanjut pada awal semester II 2016. Analis PT Semesta Indovest Aditya Perdana menuturkan, pelaksanaan pengampunan pajak atau tax amnesty mendapatkan respons positif dari pelaku pasar. Ini ditunjukkan dari aksi beli investor asing sejak pertengahan Juli 2016.
Ia menambahkan, presiden Joko Widodo (Jokowi) merombak atau reshuffle kabinet dengan menempatkan Sri Mulyani sebagai menteri keuangan juga menjadi katalis positif. Lantaran ada harapan Sri Mulyani dapat mensukseskan program tax amnesty atau pengampunan pajak. "Reformasi fiskal pada 2004-2009 ketika Sri Mulyani jadi menteri keuangan cukup bagus," ujar Aditya saat dihubungi Liputan6.com, Jumat pekan ini.
Lebih lanjut ia menuturkan, para fund manager juga melihat Indonesia cukup seksi. Apalagi setelah IHSG sempat turun pada 2015, kini kembali perkasa. Penguatan IHSG didorong aksi beli investor asing yang melihat pertumbuhan laba emiten dan pertumbuhan ekonomi positif. Ditambah program pemerintah untuk mendukung pertumbuhan ekonomi seperti tax amnesty.
"Sebelum tax amnesty, perusahaan sekuritas asing dan lokal memprediksi IHSG di kisaran 4.900-5.000," ujar dia.
Selain itu, Aditya menuturkan, pertumbuhan ekonomi Indonesia mencapai 5,18 persen pada kuartal II melebihi harapan pelaku pasar juga menjadi pendorong laju IHSG. Sebelumnya berdasarkan konsensus pertumbuhan ekonomi kuartal II 2016 di kisaran 4,9 persen. "Dengan pertumbuhan ekonomi pada kuartal II itu akan mendorong pertumbuhan ekonomi sesuai target pemerintah," kata dia.
Aditya menambahkan, investor asing memandang harga saham di pasar modal Indonesia masih cukup murah. Rata-rata price earning ratio (PER) atau perbandingan antara harga saham dengan laba bersih perusahaan di kisaran 13,1 kali. "Dengan PER sekitar 12 maka tidak terlalu mahal. kalau PER 20 maka IHSG 6.000 itu baru mahal," ujar dia.
Tak hanya faktor internal, Aditya menuturkan Inggris keluar dari Uni Eropa atau Britain Exit (Brexit) juga mempengaruhi bursa saham. Sejumlah negara pun menerapkan suku bunga rendah untuk menghadapi gejolak ekonomi global. (Ahm/Ndw)