Liputan6.com, Yogyakarta - Teknologi telah mengubah tatanan kehidupan. Lewat gadget, komputer atau laptop, sekarang kita bisa melakukan apa pun seperti berselancar (browsing), menonton video, hingga bermain gim (game).
Namun tak dapat disangkal, penggunaan teknologi yang tidak dikontrol dapat berdampak negatif. Contohnya masalah kecanduan gim dan pornografi, hingga cyberbully
Karena itu, Telkomsel menggandeng ICT Watch, Kakatu dan Yayasan Kita & Buah Hati menggelar kampanye #internetBAIK untuk mengedukasi masyarakat tentang pemanfaatan internet yang bertanggung jawab, aman, inspiratif, dan kreatif (BAIK). Kampanye digelar di 12 kota di Indonesia.
Yogyakarta adalah kota pertama yang 'diinvasi' #internetBAIK, menyusul kota lainnya yakni Tenggarong, Nunukan, Tasikmalaya, Kupang, Medan, Pekanbaru, Palembang, Banyuwangi, Manokwari, Bantaeng, dan Bekasi.
"Banyak akses yang seharusnya belum boleh diakses tapi diakses anak-anak. Kalau kita tidak aware, kadang kita kalah pintar. Dengan acara ini kita bisa ikut membangun ekosistem digital yang positif di lingkungan masing-masing dan bisa menjadi agen dalam pengembangan internet secara sehat," kata GM Sales Region Jateng & DIY Telkomsel, Djony Heru Suprijatno di acara #internetBAIK di Yogyakarta.
Baca Juga
Advertisement
Telkomsel berharap bisa berkontribusi positif bagi masyarakat Indonesia terutama di dunia pendidikan melalui edukasi. Dengan #internetBAIK, diharapkan penggunaan layanan pita lebar (broadband) yang kurang bermanfaat bisa ditekan.
Manajer CSR Telkomsel, Rifki Sya'bani menambahkan, internet saat ini sudah menjadi kebutuhan. "#internetBAIK adalah sebuah navigasi bagi masyarakat untuk bisa menggunakan internet secara BAIK," ujar Rifki.
#internetBAIK merupakan kampanye cyber wellness dan wujud tanggung jawab sosial Telkomsel untuk membangun ekosistem digital yang positif dengan mengedukasi dan memberikan teladan bagi masyarakat Indonesia perihal penggunaan teknologi informasi dan komunikasi yang dapat memberikan nilai tambah bagi masyarakat.
Kampanye #internetBAIK diselenggarakan dalam tiga tahap selama empat hari dengan menyasar anak-anak dan remaja, serta orang tua dan guru sebagai pengawas dan pendamping. Kegiatan yang diadakan meliputi seminar, TFT (Training For Trainers) tentang digital literacy, digital parenting, dan digital creative yang ditujukan bagi orang tua dan guru, serta kelas edukasi bagi siswa SD dan SMP.
Program advokasi Internet Sehat sendiri pertama kali dicetuskan oleh ICT Watch pada 2002 dengan mengedepankan pendekatan self-filtering di tingkat keluarga dan sekolah, dan menumbuhkan konten lokal yang positif.
Dalam melakukan kegiatan Internet Sehat, ICT Watch selalu melibatkan sebanyak mungkin pihak-pihak terkait, seperti pemerintah, swasta ataupun masyarakat sendiri. Seiring makin populernya Internet Sehat, istilah Internet Sehat dan sejenisnya kemudian menjadi public domain.
(Dew/Why)