Perang Narkoba Presiden Filipina: 500 Ribu Pecandu Serahkan Diri

Presiden Filipina, Duterte, akan membocorkan nama-nama pejabat yang punya kaitan dengan bisnis narkoba dalam waktu dekat.

oleh Elin Yunita Kristanti diperbarui 06 Agu 2016, 14:36 WIB
Salah satu korban penembakan tak dikenal terkait narkoba (Reuters)

Liputan6.com, Manila - Perang terhadap narkoba yang dikobarkan Presiden Filipina, Rodrigo R. Duterte, berlangsung brutal, penuh darah, dan mengundang kecaman.

Namun, mantan Wali Kota Davao itu tak akan mundur. Duterte menyatakan ia tak akan berhenti hingga antek sindikat narkotika dan obat-obatan terlarang dihancurkan serta pasar barang haram tersebut dihapuskan.

"Ini adalah tugas suci saya untuk masyarakat. Saya akan membeberkan nama-nama wali kota, seorang anggota Kongres, dan polisi yang terlibat," kata dia seperti dikutip dari Manila Bulletin, Sabtu (6/8/2016).

Oknum hakim dan gubernur juga disebut-sebut masuk dalam daftar. Nama-nama mereka akan dikuak segera. Sebelumnya, kepala penasihat presiden, Salvador Panelo, mengatakan Duterte berencana membocorkan 27 nama pejabat lokal yang terlibat.

Presiden Filipina mengatakan, sejak awal ia menyadari soal krisis narkoba yang terjadi di negaranya. Namun, Duterte mengaku baru tahu yang sesungguhnya setelah menduduki jabatannya.

Dengan mengungkap nama orang-orang penting yang terlibat jaringan narkoba, Duterte menegaskan, tak ada dendam pribadi yang melatarbelakanginya.

"Ini adalah kewajiban saya untuk mengatakan pada rakyat Filipina apa yang terjadi di negara ini," kata dia.

Rodrigo Duterte saat dilantik menjadi Presiden Filipina menggantikan Benigno Aquino, Istana Malacanang, Manila, Filipina, Kamis (30/6). Rodrigo berjanji akan mengatasi kriminalitas di Filipina dengan tegas. (REUTERS/Erik De Castro)


Duterte menegaskan, perintah terhadap mereka yang ada dalam daftar bukanlah "tembak mati". Presiden Filipina memerintahkan mereka ditahan.

Sejak kampanye pemerantasan narkoba ilegal, sekitar 500 ribu pecandu narkoba dan para drug pushers--mereka yang mendorong orang lain menggunakan obat-obatan terlarang atau pengedar narkoba--menyerahkan diri pada aparat.

Sementara itu, jumlah kematian dalam operasi penggerebekan narkoba, termasuk bandar narkoba asal Tiongkok.

Sejumlah purnawirawan jenderal polisi, seorang pebisnis, dan para pejabat pemerintah lokal diidentifikasi memiliki kaitan dengan sindikat narkoba.

Tak hanya itu, tes narkoba wajib atas militer dan polisi dilakukan untuk memastikan integritas mereka sebagai abdi negara dalam perang melawan narkoba.

Duterte mengaku ia memberikan dukungan penuh pada aparat keamanan Filipina.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya